Skip to main content

Posts

Bab 1 Yang Tak Pernah Diduga

Aula SMP tempat lomba olimpiade Fisika tingkat kota itu riuh oleh suara langkah dan peserta yang berbisik-bisik. Nadia duduk di kursinya sambil memeluk tas, mencoba menenangkan degup jantung yang sejak pagi dag-dig-dug tak beraturan.  Meski gugup, ada sedikit kebanggaan dalam dirinya. Guru Fisika memilihnya untuk mewakili sekolah. Itu bukan hal kecil untuk anak SMP kelas 2 yang biasanya lebih sibuk dengan komik dan tugas kelompok. "Duh, dingin ya ruangannya," gumam Sari, sahabat Nadia , sambil mengusap lengan. Nadia mengangguk. Namun perhatiannya langsung teralih saat melihat seseorang kakak panitia lewat di depan pintu. Usianya mungkin SMA. Tubuhnya lebih tinggi, lebih dewasa, dengan papan nama ... Sayangnya terbalik tergantung di lehernya. Ia membawa tumpukan map sambil bergegas.  Entah kenapa, Nadia malah terpaku.  "Kamu lagi liat apa sih?" Sari mencondongkan tubuhnya, mencoba mengikuti arah padangan Nadia. Nadia buru-buru menunduk. "Enggak... enggak lihat a...