Saturday, March 12, 2022
| Photo by Toa Heftiba on Unsplash |
Ada hal yang tak seharusnya aku mulai. Karena aku tak pernah tahu arus ini akan membawa aku ke mana. Meski diawal aku sudah menyadarinya bahwa ini akan berakhir bencana tapi perasaan yang datang terus saja menggedor pintu hatiku, minta aku membukanya, mengakuinya. Dan aku tak sanggup untuk menahan gedoran itu hingga aku mempersilahkan mereka masuk dan menempatkannya di sudut ruang hatiku yang masih tersisa.
Adalah kamu. Yang aku sendiri tak pernah menyangka akan terlibat urusan
asmara. Kamu yang selama ini hanya aku anggap sebagai teman biasa lambat laun
semua berubah termasuk sesuatu dalam hati kini selalu ingin ikut berbicara.
Gayaku yang kaku begitu berjumpa denganmu, berbicara dengan nada datar dan
selalu menghindar dari berbagai topik pembicaraan, komunikasi seperlunya adalah
cara aku menyelamatkan diriku dari hal-hal yang nantinya hanya akan membuatku
sakit berkepanjangan. Mungkin kamu akan mengira itu adalah caraku untuk
memberikan radar padamu. Bukan. Bukan itu. Aku tak butuh perhatian darimu. Aku
tak butuh kamu tahu atau tidak soal perasaaanku. Karena buat apa? Buat apa jika
kamu hanya sekedar ingin tahu dan kamu akan tetap pergi bersamanya?
Tak ada yang salah dengan perasaan yang datang. Meski perasaan itu tak
berpihak, patah sebelum dimulai, bertepuk sebelah tangan. Aku yakin akan ada
suatu nasihat yang bisa aku ambil. Akan ada suatu pengalaman baru untuk aku agar terus belajar
menghindari kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi sebelumnya. Cinta tak
pernah salah datang. Hanya waktu yang salah dan kamu adalah bukan orang yang
tepat. Aku akan salah jika aku tetap mencoba mendekatimu, mengambil semua
peluang yang ada, dan berusaha mematahkan kisahmu bersamanya. Tapi aku tak
seegois itu. Aku tak sejahat itu.
Aku tak perlu melakukan hal bodoh untuk perkara cinta. Yang aku yakini
adalah jika kamu orangnya maka kamu akan melepaskan pelukan yang lain dan
berpaling padaku. Bukan begitu? Jika kamu masih berada dalam pelukannya dan
enggan melepaskannya lantas mengapa aku harus melepaskanmu secara paksa dari
pelukannya?
Sekalipun kenangan manis pernah tercipta, itu tak ada artinya di hidupmu
bukan? Aku hanyalah cameo dalam hidupmu hingga akhirnya kamu akan cepat
lupa terhadapku. Kamu akan lupa terhadap hari-hari yang pernah dilalui bersama.
Tolong jangan salahkan aku atas perasaan ini. Aku pun tak mengerti dan
tak tahu dari manakah asal mulanya perasaaan ini hadir. Menyeruak dalam hati
lantas meminta tempat untuk disinggahi. Meski kisahnya tak pernah benar-benar
hidup dalam kenyataan, setidaknya pernah hidup di sudut hati yang lain meski
harus ku padamkan juga pada akhirnya.
Menyakitkan bukan? Kembali mencintai orang yang salah. Mencintai orang
yang jelas-jelas dari awal tak bisa kita miliki. Tapi aku bisa apa? Bukankah
kita tak bisa memilih esok lusa akan jatuh pada hati siapa? Bertemu dengan
siapa? Sekalipun dengan doa, bukankah ada taqdir yang sudah ditetapkan yang
tak bisa dirubah ketetapannya dan
memaksa kita mau tidak mau untuk melaluinya?
Pada cinta yang hadir dan kamu yang singgah. Terima kasih atas hangatnya
pertemuan, kisah-kisah yang menyenangkan dan juga mendebarkan. Aku sangat
berterima kasih dan bersyukur. Karena tak ada alasan untuk aku membencimu meski
dirimu tak bisa ku miliki seutuhnya. Kelak jika kau mengetahui kebenarannya,
kuharap kau tak membenciku.
Love,
Ihat
Saturday, January 22, 2022
| Photo by Shardayyy Photography on Unsplash |
Bismillahirrahmanirrahiim...
When I was early twentieth I ignored it and I didn’t care. Kayak ngapain sih nikah. Kan masih muda. Masih 20-an, masih banyak cita-cita yang harus dicapai, masih banyak hal yang harus dilakukan ketimbang menikah. Dan ketika ada orang yang nanya itu ya aku jawab sambil cengengesan dan aku anggap sebagai angin lalu. Gak pernah ditanggepin serius.
And when I’m turning 24 beberapa pertanyaan itu kerap muncul apalagi ketika aku udah lulus kuliah. Setiap aku ketemu orang pasti yang mereka tanyakan adalah,
“Udah nikah?”
“Udah punya calonnya?”
“Jadi mau kapan? Kan kuliah udah lulus.”
“Temen-temen udah pada nikah tuh, kamu kapan? Kerja mulu.”
“Ke orang mana sekarang?”
Dan beragam pertanyaan lainnya yang intinya “KAPAN NIKAH?!” Kadang suka mikir apa akhir dari hidup ini adalah menikah ya? Kenapa setiap orang hobi banget gitu nanya kapan nikah? Kayak yang ok dia sanggup buat nanggung biaya resepsinya, nanggung kehidupan aku setelah aku menikah nanti. I really don’t understand. So I’ll ask you once more: WHY?!
Atau ketika aku jawab kalau aku masih single, mereka gak percaya aku single dan nyuruh aku buat kenalan sama cowok. Wait, wait. Apa segitu hinanya ya menyandang status JOMLO di era sekarang ini? Lagi pula kejomloan aku enggak menganggu kehidupan kalian juga kan? Emang risih mana sih saat aku upload seorang diri, bareng sama temen-temen yang semuhrim atau foto aku yang mesra-mesraan dengan status “pacaran”? Alias non-mahram yang hukumnya adalah haram? L Please! I’m so sad about this. Kenapa foto aku yang sendirian aja atau barengan sama temen-temen malah dikomen dan disuruh cepet-cepet nyari cowok L Tau kan nyari cowok yang bisa satu frekuensi itu gak mudah. SULIT! Keculai atas izin Allah dan udah waktunya pasti dimudahkan.
Actually, I’m happy with what I have now. Aku bisa bebas melakukan apapun yang aku inginkan tanpa adanya kekangan atau batasan dari yang namanya “pacar” atau dengan status "istri." Aku bisa belanja apapun yang aku mau dari hasil kerja keras aku sendiri. Aku bisa bebas main sana-sini bareng sama temen-temen yang cuma minta izin sama orang tua aja yang pastinya bakal diizinin. Gak ada drama gak boleh ini-itu, gak boleh ada cowok. 😃 (Selama itu ada mahramnya, rame-rame perginya orang tua aku pasti ngizinin).
Orang tua aku aja bahkan gak nyuruh-nyuruh aku cepet nikah kok. Mereka bahkan minta sama aku selagi belum datang si jodoh, kerja yang bener, rintis karir dulu. Kalau udah waktunya juga semuanya akan dipermudah dan prosesnya pasti cepat gak akan lama-lama dan gak banyak drama juga. Karena Bapak aku tipikal orang yang anaknya jangan lama-lama pacaran mending langsung nikah. Jadi sekali lagi aku tanya, kenapa kamu mesti ribet ngurusin hidup aku sih? Cuma karena aku masih single seisi dunia heboh. Helloww 😢😢😢
Aku udah nyaman sama hidup aku ini. Bahkan aku akan risih ketika aku punya pacar dan pacarnya itu tipikal yang larang sana-sini ah udahlah aku bakal stress. Cuma ya itu saat aku sedang benar-benar menikmati kejomloan ini ada saja hal-hal yang bikin aku ciut lagi. Bikin aku gak ngerasa berharga lagi karena yang diliatnya adalah “AKU JOMLO.” Kenapa sih yang harus diliat itu KEJOMLOAANNYA? Emang kalau udah nikah masalah hidup akan kelar ya? Emang kalau udah nikah bakal ngebungkam mulut orang banyak? Bukannya sehabis nikah akan banyak rentetan pertanyaan lagi dari mulut-mulut para tetangga? Mulai dari:
“Kapan punya anak?”
“Kapan nambah lagi?”
“Kok suaminya gak kerja ya?”
“Kok istrinya kurusan sih?”
“Kok anaknya gitu ya? kayak kurang gizi.”
Huahhh emang gak akan pernah ada habisnya.
Atau yang lucu itu saat beberapa teman aku mulai menyarankan aku agar mau kenalan sama cowok. Ok. Aku ladenin dan aku mencoba untuk membuka diri dan juga hati. Tapi apa hasilnya? Jong! Belum ada satupun yang nyangkut dan rata-rata cowoknya itu masih sakit. Alias masih belum bisa move on dari rasa sakit atas mantannya. Kalau belum sembuh buat apa coba? Mau dijadiin lagi bahan pelampiasan? Please waktu aku lebih berharga dari pada harus dihabiskan menjadi bahan pelampiasaan. Lagi pula yang namanya sakit hati mau gak mau ya harus diobatin sendiri lah. Gak bisa kamu minta aku buat jadi penawarnya. Makasih banget! Ahahahahh. Aku ngomong gini karena aku pernah diposisi itu dan rasanya sakit! Dateng pas lagi butuh doang. Pas hati udah terlanjur jatuh nyatanya hati dia masih di isi sama orang lain.
So please stop ask me about GETTING MARRIED! Di saat diri udah mencoba buat fokus sama apa yang ada saat ini kan ditanya begituan nyali jadi ciut lagi. Hidup jadi liat orang lain lagi. Nengok tetangga sebelah lagi. Ngebanding-bandingin lagi L Udah ya. urusin aja hidup kamu sendiri. Kayak yang mau ngasih duit buat resepsinya aja. Kayak yang mau nanggung permasalahan rumah tangga aku nanti. Kayak yang siap tanggung jawab kalau ada apa-apa di pernikahan aku nanti. Tetep aja kan segalanya juga bakal aku sendiri yang bayarin? Aku sendiri yang ngejalaninnya, yang nanggungya?
Sekian dari segala kerasahan malam mingguku kali ini.
Love,
Saturday, January 15, 2022
| Photo by Kate Macate on Unsplash |
Bismillahirrahmanirrahiim
Hello everyone! Malam minggu nih, btw kalian ngapain aja?
Pergi keluar sama gebetan? Ngumpul sama keluarga di rumah? Menyendiri di kamar
karena masih single? Atau masih ngerjain kerjaan karena dikejar deadline?
Apapun itu aktifitasnya semoga jadi amalan baik buat kamu ya Aamiin:D Aku
sendiri sih ya alhamdulillah karena jomlo jadi setiap malam minggu insya
allah I’ve decided for writing the story of my sad love story 😂 hahaaa enggak deng. Karena kenyatannya banyaknya patah hati sih :-D. Semoga kamu
berkenan buat baca tulisan aku yang receh ini.
Firstly, I wanna ask you. Punya pengalaman cinta-cintaan pas waktu umur masih
kecil gak sih? Yah usia sekitar SD an lah atau mungkin TK? Coba fikir-fikir
lagi. Gali lagi memori kamu. Yang udah senyum-senyum sendiri pasti lagi
mengenang. Ciee…
Well, aku sendiri ngalamin juga. Honestly lucu sih kalau difikir-fikir
sekarang. Dulu pas ngejalaninnya ketemu doang, gak ngobrol, cuma liat sekilas
doang udah bikin jantung dag-dig-dug seerr. Udah pengen copot rasanya.
Semua berawal dari Mamah aku yang nyuruh aku beli bubur buat ade aku.
Waktu itu posisinya lagi libur semester. Pagi itu entahlah malas sekali. Tapi
si Mamah ngomel mulu. Hingga akhirnya aku bawa mangkok dari lemari, pergi ke
tukang bubur dengan bibir manyun. Dan tukang bubur ini mangkalnya di pinggir
rumah temen sekelas aku. Sebut saja Rei.
Dengan wajah mesem aku serahin tuh mangkuknya ke si Mang, membiarkan si
Mang melakukan pekerjaannya. Sambil menunggu si Mang, pandanganku terhenti
ketika melihat Rei melintasi jalan menuju warung. Kemudian dia menoleh kepadaku
sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk sambil membalas senyumnya. Hari itu
tidak ada yang terjadi apa-apa dengan diriku.
Keesokan harinya Mamah kembali menyuruh aku untuk membelikan bubur di
tempat yang sama. Seperti biasa aku malas, tidak mau tapi karena Mamah maksa
akhirnya ya aku pergi dengan mulut manyun sambil komat-kamit. Dan kejadian
kemarin terulang lagi. Rei melintasi jalan untuk pergi ke warung, tersenyum ke
arahku dan aku hanya membalas senyumnya. Sampai pada ke esokan harinya saat
kejadian serupa terjadi barulah perasaan aneh muncul, tiba-tiba datang menyusup
ke dalam hati. Bedanya di hari itu, setelah Rei belanja dari warung dia
menyapaku sambil tersenyum manis. Aku yang masih menunggu bubur dengan kesal
karena mengantre lama langsung terdiam sambil memegang jantung yang dag-dig-dug
aneh. Pulang-pulang ke rumah dengan perasaan bahagia sampai keesokan harinya
saat Mamah gak nyuruh aku buat beli bubur aku malah maksa Mamah biar nyuruh aku
pergi bubur. *dasar aneh 😆. Iyalah. Karena aku punya niat dan harapan lain.
Biar ketemu lagi Rei. Biar disapa lagi sama dikasih senyum lagi sama Rei.
And you know what happened next? Rei gak ada! Jongg!! Aku gak ketemu Rei.
Aku celingukan di balik roda si Mang bubur berharap sosoknya datang dari
rumahnya atau sedang membeli sesuatu di warung sebrang. Hingga keesokan harinya
aku melakukan hal yang sama namun aku tidak bertemu lagi hingga liburan semester
habis dan kami naik ke kelas 4.
Di kelas, entah kenapa padahal udah dua tahun sekelas bareng (karena dia
murid pindahan pas kelas 2 dan pas pindah dia sebangku sama aku 😄) baru kali
ini aku merasakan deg-degan yang luar biasa saat bertemu dengannya. Ngobrol aja
jadi grogi 😄. Dan waktu itu karena aku sendiri juga penasaran sama dia
akhirnya aku ngirimin surat ke dia. Tepatnya ketika ngaji maghrib di masjid
depan rumah. Isi suratnya yang masih aku inget adalah kira-kira seperti ini
kurang lebih:
Kamu mau pilih siapa
a. (namaku) b. (nama temenku yang cantik di kelas) c. (nama temanku juga
tapi aku lupa lagi siapa)
Duh aku jadi ingin ketawa. Rasanya kayak disuruh ngisi soal ya. Dan
waktu itu aku pesimis. Pasti dia milih temen aku yang cantik. Si surat itu aku lipat hingga berbentuk
pesawat. Ketika aku beres mengaji, aku langsung memanggilnya yang tengah asyik
berkumpul bersama teman-temannya. Dia menoleh kemudian aku menerbangkan kertas
pesawatnya sambil bilang baca ya! Dan yahhh.. kertas pesawatku tidak mendarat
mulus kepadanya. Si kertas pesawatnya itu malah mendarat ke temen aku yang
kemudian sama temen aku langsung dikasiin ke dia. Aku lupa lagi gimana dia
ngasiin balasannya ke aku. Pokoknya yang aku ingat dia mencakra A! Itu artinya
dia milih aku wkwkwkkw 😆
Seneng gak sih? Ya seneng lah. Ternyata perasaan aku disambut juga!
Hahaaa. Keesokan harinya di kelas kita canggung banget, keliatan banget ada
sesuatunya meski kita gak meresmikan kalau kita pacaran. Karena waktu itu mana
ngerti yang gituan. Pokoknya kalau udah saling suka ya udah selesai 😃. Hingga
akhirnya temen-temen aku mulai penasaran dan temen-temen aku mulai nanya sama
aku dan juga dia, dan jawaban kita sama. Kalau kita emang sama-sama suka
wkwkwkw. Dari sanalah rasanya pergi ke sekolah itu adalah hal yang
menyenangkan.
Dulu kalau bagian sekolah kita siang, masuk jam 12, jam 11 kita udah
pada di sekolah dan habis itu kita bakal nyamper ke rumah temen-temen sekelas
yang belum hadir. Nah pada saat itu anak-anak kan banyak yang bawa sepeda
termasuk dia, jadi pas aku mau ikut nyamper ke rumah temen, aku sama
temen-temen aku yang lain disuruh naik sepeda dia, diboncengin gitu. Karena
waktu itu sepeda aku rusak :D. sambil malu-malu aku nyamperin dia dan tanpa
babibu dia langsung mempersilahkan aku duduk di frame sepedanya atau
terkadang aku memilih berdiri di step foot sambil tangan memegang pundaknya, duh!
Kemudian waktu itu pernah pas lagi olahraga giliran cewek yang main
bola, di tengah-tengah permainan dia teriak dari pinggir lapangan bilang, “Siti
I Love You!” Yang kemudian disambut ciee-cieean sama temen-temen 😃 atau waktu
itu pas aku lagi baca buku di depan kelas di tengah-tengah kumpulan temen-temen
aku, dia datang sama temennya sambil bilang, “Siti, I Love You.” Dan saat itu
juga aku malah lari ke perpustakaan karena nahan malu.
Habis itu yaa entah gimana tiba-tiba kita jauh dan bubar tapi masih
berteman baik sampai sekarang. Dan dia udah punya pacar sih 😃. Dulu tuh
pokoknya Guru Agama aja sampai tahu kalau aku deket sama dia. Sampe-sampe si Bapak Guru nyeramahin kalau pacaran itu dilarang, gak boleh. Jadi aku harus putus sama
dia. Tapi karena aku gak ngerasa pacaran jadi buat apa putus?
Kalau ketemu saat ini ya suka nanya, ya gitu biasa aja. Cuma kalau
ketemu dia, aku suka mikir duh aku dulu pernah sesuka itu sama orang ini. Dan oh
iyah yang lucu itu pas aku kuliah kemarin tuh aku gak tahu kalau dia ambil
kampus yang sama, sama aku. Karena kita juga gak se smp-sma. Reunian aja
jarang. Aku tau-tau sekampus sama dia itu pas ketemu di kampus aja sama dia pas
lagi BAMBA (ospek). Nah pas pulangnya itu kan aku belum tahu daerah Ciamis dan
pas aku nelfon sama Mamah terus aku bilang kalau dia juga satu kampus sama aku,
si Bapak langsung ngerebut telfonnya dan bilang pulangnya bareng sama dia aja. Karena Bapak aku khawatir udah sore gini nunggu bis lama. Akhirnya aku chat
dia (kalau gak salah dapet nomor dia dari grup kelas SD) buat pulang bareng dan
dia bilang ok. 😃 Besoknya aku chat dia lagi buat berangkat bareng sama
pulang bareng. Itupun karena Bapak aku yang minta selama ospek bareng aja
pulang perginya sama dia. Kita sampai sekarang kan masih tetanggaan. Meski
kehalang beberapa rumah sih. Ngakak sih tapi dalam hati deg-degan juga takut
pacarnya tahu terus ngamuk. Dulu
diboncengin sepeda sekarang diboncengin motor. Sampai kemarin pun gak nyangka
kita lulus bareng. Tau dia lulus juga pas aku buka buku alumni dan ada nama dia
di buku. Karena kemaren kan aku lulusnya telat wkwkwk 😅.
Meski dari cerita yang semanis ini menurutku karena ini adalah
satu-satunya kisah cinta aku yang gak bertepuk sebelah tangan (nanti mah insya
allah pasti gak akan bertepuk sebelah tangan lagi sama yang akan jadi suami aku
sampai maut memisahkan. Aamiin), ada pengalaman pahitnya. Yaitu saat surat yang
aku bikin gagal sebelumnya dan aku simpen di lemari. Kemudian tanpa
sepengetahuan aku, Mamah sama Bapak aku beresin lemari aku dan sampailah surat
itu di tangan mereka. Hal yang aku terima adalah aku diolok-olok oleh Bapaku,
dengan membacakan isi surat itu berkali-kali membuat aku marah dan menanggung
malu. Kemudian Bapak aku bilang, “masih kecil udah cinta-cintaan.” Bahkan yang
paling fatal menurutku, Bapak aku menuliskan nama aku kemudian bentuk love
disusul nama dia di pintu dapur yang terbuat dari kayu. Sampai sekarang
sisa-sisanya masih ada dan masih bisa terbaca. Itu dulu kejadiannya di rumah
lama. Kalau baca tulisan itu gak tahu kenapa aku suka tetep ngerasa malu aja
gitu. Malu banget. Perasaaan tidak diterima, tidak dihargai, diolok-olok, menyusup cepat ke dalam hati. Kalau difikir-fikir sekarang, emang ada yang
salah ya dari anak kecil yang udah nyimpen perasaan ke lawan jenis? Lagi pula
saat itu usia aku udah masuk usia 9 tahun.
Dulu kalau cerita ini pasti rasanya kayak beban. Karena kayak ngerasa
aib sendiri: masih kecil udah pacaran. Masih kecil udah surat-suratan. Tapi
setelah sedikit demi sedikit diterima perasaan itu, diakui alhamdulillah udah
mulai reda namun efeknya sampai detik ini aku gak bisa terbuka mengenai kisah
asmaraku kepada ke dua orang tuaku. Karena yang terlintas dibenakku adalah aku
akan dicemooh lagi, aku akan diremehkan lagi, atau Bapak akan sebut-sebut nama
cowok yang aku suka kayak dulu. Makannya orang tua aku gak pernah tahu gimana
aku saat jatuh cinta, patah hati, dibohongin sama cowok, dikecewakan. Mereka
gak tahu. Dari semenjak surat ketahuan itu aku gak pernah cerita apapun soal
cowok terutama ke orang tua aku dan aku mengalihkan seluruh perasaan yang aku
miliki saat itu melalui tulisan. Iya dari sana aku mulai menulis di diary.
Itupun aku diam-diam beli diary nya dan selalu aku simpan di laci yang lacinya
aku kunci, dan kuncinya selalu aku bawa kemanapun aku pergi.
Bahkan sampai ini. Sampai yang terakhir kemarin ketika orang yang aku
tunggu ternyata malah nikah sama orang lain, they don’t know. Aku
tipikal orang yang bisa menyembunyikan kesedihan dan hanya akan menangis jika
keadaan sepi, jika tidak ada orang lain yang bisa melihatnya.
Jadi teman-teman, please don’t judge the feeling. Even perasaan
dari seorang anak kecil. Anak yang kita anggap gak tahu apa-apa karena kita
menganggapnya masih kecil padahal efeknya luar biasa. Seperti aku yang kini
kesulitan untuk memulai pembicaraan soal asmara kepada orang tua.
I hope you can learn from my experience.
Semoga dengan menulis ini, perasaan-perasaan yang diremehkan dan
dipermalukan bisa berdamai dengan aku. Karena memang perlu bicara soal asmara
dengan orang tua. Makannya terkadang aku iri dengan mereka yang bisa bercerita
bebas soal asmaranya kepada orang tuanya. Mungkin saat ini sebenarnya orang tua
aku bisa mendengarkan, tapi pengalaman dulu begitu surat itu mereka dapatkan
bukannya aku dinasehatin dengan cara yang baik ini malah diolok-olok😢 And I’m afraid this thing will happen.
Even I never try for the second time. Because I’m afraid. I’m afraid.
Love,
Social Media
Search