Saturday, December 20, 2025
Dari sekian banyak sosok yang lalu-lalang di sekitar pandanganku,
entah mengapa langkah batinku justru berhenti padamu.
Sosok yang tenang,
dengan senyum seperlunya dan wibawa yang tak perlu dijelaskan.
Tanpa banyak rencana,
sebuah kalimat meluncur begitu saja
lebih seperti bisikan hati daripada pengakuan.
Aku menyukainya,
tanpa pernah benar-benar tahu
bahwa dalam ketidaksadaranku,
ada doa-doa kecil yang diam-diam terucap.
Namun pagi berikutnya,
aku hanya belajar menahan rasa,
saat kenyataan memperlihatkan
bahwa hatinya telah lebih dulu berlabuh.
Tasikmalaya, 19 Desember 2025
Saturday, November 08, 2025
![]() |
| Photo by Saeid Anvar |
Aku paham
Ada batas yang tak bisa dilangkahi
Ada garis tipis yang harus tetap dijaga meski hati ingin menyeberanginya
Sialnya, justru jarak yang semestinya menjauhkan malah membuatku terus mengingatmu
Mengulang kembali setiap kebaikan tulusmu yang dulu kupikir hanya sebatas peran yang kau jalani sehari-hari
Ternyata tidak sesederhana itu.
Kita sama-sama terbunuh oleh rindu yang tak pernah bisa diucapkan
Kamu menyiratkannya dalam nada yang meredup
Sementara aku membiarkan diriku tenggelam dalam huruf-huruf yang berantakan
Satu-satunya cara agar perasaanku tak pecah di dalam diam.
Dua orang yang sama-sama terperangkap dalam luka yang tak pernah terbagi
Namun entah bagaimana justru saling mengobati.
Izinkan aku mengungkapkan semua sendu
Semua rindu yang tak pernah selesai ini,
Dalam bentuk kata-kata yang mungkin tidak rapi, tapi jujur.
Aku tahu aku membutuhkanmu
Tapi aku juga tahu aku tak bisa terus menggantungkan hatiku padamu.
Kita sama-sama paham itu.
Terima kasih telah memberi ruang untukku
Ruang untuk menenangkan luka-luka kecil yang tak pernah sempat kupahami,
Ruang untuk tetap percaya padaku dalam hal-hal yang tak pernah kuminta,
dan ruang untuk terus melangkah sementara kamu tetap mengawasiku dari jauh.
Namun masa melangkah dalam satu arah telah berakhir
Meski di hidupmu “selamat tinggal”
Tidak pernah sungguh-sungguh terucap
Ada harap tipis bahwa kelak kita bertemu lagi dengan cerita yang berbeda.
Kebaikanmu meninggalkan jejak yang tak bisa kuabaikan
Aku baru memahaminya
Ketika langkahku sudah menjauh
Ketika aku sadar bahwa tak akan ada lagi ruang untuk bersua ataupun berjumpa kembali
Dengan alasan apapun.
Dan akhirnya semua itu hanya bisa kusimpan dalam hati
Menahan apa pun yang hadir dalam diam
Memeluknya dalam kesunyian
Membiarkan semuanya mereda dengan tenang.
Hingga pada saat nanti tiba waktunya
Yang ditakdirkan untukku akhirnya tiba
Dan tentangmu tak lagi menyisakan resah
Hanya berupa jejak yang menjelma pelajaran.
Tasikmalaya, 8 November 2025
Seusai hujan reda.
Friday, November 07, 2025
![]() |
| Photo by Jan Kroon |
Aku selalu mengira jarak akan menghapus semua yang pernah ada.
Obrolan ringan yang kusangka sepele, diskusi hangat yang sering kuanggap rutinitas, hingga pertemuan singkat yang tak pernah benar-benar kupikirkan maknanya.
Kupikir jarak akan menjauhkan kita untuk selamanya.
Tapi ternyata aku naif.
Justru jaraklah yang membuka mataku
Bahwa kebaikanmu selama ini bukan sekadar kebiasaan, melainkan bahasa halus dari perasaan yang bahkan mungkin tak kau sadari tumbuh di hatimu.
Di tempat yang berbeda, aku belajar satu hal:
Perlakuanmu ternyata tidak pernah biasa.
Kebaikanmu memiliki warna yang tak pernah kutemukan di mana pun aku berada.
Aku terlalu kaku menerima perhatian.
Terlalu beku untuk percaya pada kebaikan tanpa syarat.
Terlalu kelu menjawab pujian yang kau ucapkan dengan nada berat dan sungguh-sungguh.
Namun jarak justru membuatku sadar
Aku terlambat memahami semua itu.
Bahwa kebaikan dan perhatian tulusmu telah lama mengetuk dinding pertahananku, mendengar luka-luka yang belum sembuh, membuatku merasa hidup, utuh, dan manusiawi.
Dan anehnya… aku bersyukur atas keterlambatan ini.
Karena ia menyelamatkanku dari kemungkinan-kemungkinan yang tak seharusnya terjadi.
Mungkin kau sudah lama menyadarinya.
Mungkin kau pandai menyembunyikan asa yang pelan-pelan tumbuh di hatimu.
Kita sama-sama tahu ada batas yang tak boleh dilewati.
Ada rasa ingin yang tak akan pernah menjadi nyata.
Kini aku memilih diam.
Memendam semuanya dengan tenang.
Menyimpan kenangan baikmu di sudut hati terdalam
Tempat yang tak akan tersentuh jarak ataupun waktu.
Karena bagiku, kau adalah orang pertama yang membuatku percaya lagi
bahwa aku layak diperlakukan dengan baik,
bahwa mimpiku tidak terlalu besar,
bahwa kesalahan bukan akhir dari segalanya.
Bahwa menjadi manusia berarti punya ruang untuk tumbuh dan memperbaiki.
Terima kasih.
Untuk segalanya yang pernah kau berikan, meski tanpa pernah benar-benar kau ucapkan.
Love,
Ihat
Monday, February 14, 2022
| Photo by cottonbro from Pexels |
Dari aku yang selalu merasa tertipu kamu dan waktu,
De Ihat


Social Media
Search