Hi Solihat

Let me share with you here

  • Home
  • Contact


Photo by Oleksandr P

Rasanya ada sesuatu yang aneh dengan diriku.

Sudah hampir dua bulan lebih ini aku mengalami gangguan tidur. Mata terpejam tapi fikiran masih berputar-putar. Tak jarang membuat aku terbangun dan sulit untuk membuat mata terpejam. Atau jika pada akhirnya aku tertidur, tetap aku akan terbangun dengan nafas tersegal-segal karena mimpi buruk yang kerap datang menghantui. Bahkan beberapa kali jantungku berdebar seperti sehabis olahraga lari. 

Jadi selama dua bulan lebih ini perihal tidurku aku hanya diberi dua pilihan:

1. Aku akan terus terjaga dan sulit memejamkan mata;

2. Mata terpejam tapi fikiran masih berlarian;

3. Bisa tidur tapi pada akhirnya aku akan bermimpi buruk dan bangun dengan keadaan tubuh capek disertai dengan nafas tersegal-segal.

Sayangnya, pada saat aku hendak meminta bantuan profesional aku merasa seolah aku diejek oleh dokter umumnya lantaran alasanku seperti itu karena stress bekerja. Aku meminta dengan baik bahwa aku ingin pergi konseling, tapi dokter itu tidak berkata apapun dan hanya memberikan aku obat agar aku bisa tertidur. 

Aku kesal bukan main karena pada saat daftar aku meminta untuk pergi ke bagian konseling. Sambil mengantri obat rasanya aku kecewa, merasa dikecilkan, dokternya pun menyebalkan karena dengan mudahnya dia menganggap enteng hal yang selama ini mengangguku: jam tidur. 

Setibanya di apotek, apoteker itu kemudian bertanya kenapa aku diberi obat tidur. Pada awalnya aku hanya menjawab dengan senyum, namun pada akhirnya aku tak bisa menahan air mataku. 

"Tempat terbaik untuk bercerita adalah kembali kepada keluarga. Karena keluarga yang paham kondisimu saat ini. Atau Teteh bisa cerita semuanya tanpa merasa dihakimi kepada Dzat yang menciptakan Teteh. Siapa yang menciptakan Teteh?"

"Allah," jawabku lirih. 

"Bukannya gak boleh ke psikolog, cuma tetap yang paling bisa memahami kondisi Teteh saat ini adalah keluarga Teteh."

Aku terdiam. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan ucapan si apoteker ini. Qadarullahnya dia ngomong sama aku yang memang hubungan aku dengan keluarga baik-baik saja. Bagaimana jika kondisi hubungan aku dengan keluarga aku tidak baik-baik saja? Mungkin aku akan tambah marah.

Begitu sampai di rumah, aku menangis tak karuan di depan Ibu dan Bapak ku. Rasanya seluruh kekesalan, kekecewaan, uneg-uneg, marah, bersatu padu. Meski aku bisa bercerita kepada mereka, tetap saja ada the dark side yang aku sembunyikan.

Selama dua bulan lebih ini pula, aku pernah menangis sejadi-jadinya tanpa alasan yang jelas hingga pikiran mulai mengarahkan aku untuk self-harm. Aku sudah ingin mengambil benda itu, sempat terbersit kayaknya enak juga bikin luka di tubuh untuk meredakan perasaan kacau ini... Tapi niat itu aku urungkan kembali dan sebisa mungkin aku lawan perasaan itu dengan istighfar, mencoba mengingat Allah walau keadaan aku kacau balau dengan kondisi aku sendirian di kosan. 

Dan pikiran itu terjadi sudah dua kali. 

Dan ternyata... Melawan pikiran itu saat pikiran itu datang sungguh luar biasa sulit. Aku seperti kehilangan diri sendiri. Aku seperti tak mengenal diriku sendiri. 

Itulah mengapa alasanku mulai pergi untuk mencari bantuan profesional. Sayangnya di tempat itu aku harus diarahkan ke dokter umum dulu berkaitan dengan tidurku berantakan dan pada saat diperiksa dia malah menganggap remeh kata "stress kerja" yang aku sampaikan. Yang pada akhirnya aku tidak diarahkan ke ruang konseling. MENYEBALKAN!

Dear kamu,

Siapapun kamu, profesi apapun yang kamu jalani saat ini jika kamu mendapati seseorang yangs sedang terpuruk tolong jangan men-judge atau menganggap remeh hal yang sedang dia alami. Karena kamu belum tentu sekuat orang yang sedang menghadapi ujian itu. Belajar mendengarkan. Mendengarkan saja tanpa harus menghakimi. 


Love,

Ihat

Photo by Aaron Burden


Hai..

Gimana kabarnya? 

Capek? Gak nyaman? Kecewa? Lagi gak faham sama keadaan yang lagi Allah kasih?

Tidur juga gak nyenyak karena fikiran main terus ya?

Sini, aku peluk. 

Gak apa-apa. Gak apa-apa banget kamu merasakan perasaan itu semua. Wajar. Rasain aja dulu perasaan gak nyaman itu. Rasa capek, kecewa, dan perasaan bingung yang menghampiri kamu. 

Gak apa-apa kalau pada akhirnya kamu tetep gak dapet kepercayaan itu. 

Meski gak nyaman dan merasa tak dihargai keberadaannya, kamu tinggal milih.

Tetap memilih baik meski tak dianggap atau berubah menjadi apatis hanya karena tak mendapatkan pengakuan?

Kalau ingat Kakakku kelas dulu pas zaman SMP pernah bilang gini,

Give the best because of Allah.

Ternyata pada praktiknya susah ya. 

Kamu yang pada dasarnya helper tetiba harus menjadi apatis, tetep aja kan yang terjadi adalah kamu yang sigap dan mau aja bantu orang lain? 

Karena perkara kepercayaan dan dianggap adalah di luar kendali kamu, sementara yang bisa kamu kendalikan hanya apa yang bisa kamu lakukan dan intention kamu, maka dari itu pada akhirnya kamu tetap memilih baik kan? 

Mulai hari ini diubah lagi niatnya, ditata lagi hatinya. Kalau nyari kepercayaan manusia dan pengakuan capek. Jadi sekarang kamu harus belajar itu effort the best thing as much as you can because of Him. Dijamin kamu gak akan pernah merasa capek. 

"He is the One Who created death and life in order to test which of you is best in deeds. And He is the Almighty, All-Forgiving." (QS. Al-Mulk: 2)

Giman udah jelas kan atas firman-Nya?

Kalau gagal terus gak sesuai ekspektasi gimana?

Diingat lagi, tugas kita sebagai khaliq-Nya sampai mana?

"And that each person will only have what they endeavoured towards. And that 'the outcome of' their endeavours will be see 'in their record', then they will be fully rewarded, and that to your Lord 'alone' is the ultimate return 'of all things'. (QS. An-Najm: 39)

Nah udah dijawabnya pakai ayat Al-Qur'an tuh. Gimana masih mau khawatir soal hasil?

Belajar untuk put your trust in Him. 

"Say, 'O Prophet, that Allsh says, "O My Servant who have exceeded the limits againts their souls! Do not lose hope in Allah's mercy, for Allah certainly forgives all sins. He is indeed the All-Forgiving, Most Merciful." (QS Az-Zumar: 53)

Sini aku peluk lagi.

Gak apa-apa banget, gak apa-apa. Wajar kamu capek, lelah, kecewa. Rasakan dulu perasaan itu, kalau udah tenang sujud dan minta ampun sama Allah kalau-kalau selama ini intention kamu udah melenceng.

Senyum ya. 

Remember one thing,

"Moreover, He is the One Who brings about joy and sadness." (QS. An-Najam: 43)

Mungkin karena merasa unseen atau invisible kan? Yang biasanya diup terus, apa-apa dapat pengakuan, pujian tiba-tiba jadi merasa uselees, gak diandalkan lagi? 

Kamu tersenyum seolah faham semua perasaan yang hadir itu.

Intinya kamu masih haus akan pengkuan. Diubah sekarang niatnya lagi. Kalau pada dasarnya kamu adalah helper, tentu gak akan nyaman saat harus menjadi apatis. Karena pada akhirnya kembali lagi pada diri kamu sendiri, mau tetep jadi orang baik terlepas dapat pujian atau enggak, atau mau sekalian jadi orang jahat aja?

Dan sore itu aku banyak merenung. 

Ternyata memilih menjadi orang baik tanpa embel-embel apapun dengan intention because of Allah itu berat ya, tapi pada akhirnya hatimu tetap tenang karena kamu udah gak berharap apapun sama manusia kan?


Love,

Ihat


Photo by Paul IJsendoorn

Weekend kali ini aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Booking tiket seminggu sebelum hari H rasanya hari-hari selama bekerja fikiranku sudah melayang berada di rumah. Dan tadaaa... Jumat malam aku sudah berada di stasiun satu jam sebelum pemberangkatan. Baru kali ini ketika pulang di minggu-minggu kerja, penumpang kereta apinya banyak banget. Wait atau bisa jadi ini udah hal biasa karena besoknya weekend dan aku yang jarang pergi aja kali ya. Hahhaaa!

Begitu mendapatkan tempat duduk yang sesuai dengan nomor yang tertera pada tiket, aku langsung menyimpan beberapa barang bawaanku. Di sampingku rupanya ada seorang Ibu muda, lalu di depan aku ternyata suaminya dan di samping depan aku ada anaknya yang sedang memilih makanan apa untuk dimakan sebelum kereta pergi. 

"Bang, aku mau ini..."

"Ya udah, sini aku yang beli ya." Suaminya pergi menuju kereta makan dan aku tertegun melihat sepasang suami-istri ini begitu akur dan kompak. Begitu makanannya sampai, Ibu muda ini yang pada akhirnya aku panggil Teteh, mulai memakan makanan pesanannya, sementara suaminya membukakan kotak makanan lain untuk anak perempuannya. 

Sweet. 

Dalam hatiku. Ternyata tak hanya sampai di sana, si Teteh ini gak makan sendirian, kotak makannya itu dia kasih ke suaminya. Kemudian suaminya memakan dari kotak makanan itu lalu menyuapi istrinya. Aku yang melihat langsung pemandangan itu tepat di depan mataku cuma bisa menelan ludah, seraya dalam hati berkata,

Inshallah, nanti juga kamu akan di posisi itu. 

Tak lama, si Teteh ini mulai mengajak ngobrol. Awalnya hanya bertanya akan pergi ke mana, kuliah atau kerja, asalnya dari mana, sampai pengalaman naik kereta dari kelas ekonomi sampai eksekutif termasuk ngobrolin soal harga tiket kereta, liburan dari Bandung ke Garut, sampai pada akhirnya kami terdiam karena tertidur. 

Selama kami berdua mengobrol, anak perempuannya justru banyak mengobrol dengan bapaknya. Tak hanya itu, suaminya juga membetulkan posisi tidur anaknya, kaus kaki anaknya juga. Melihat perlakuan suami si teteh ini pada anaknya membuat aku rindu pada Bapak di rumah. 

Tak terasa pada akhirnya kami harus berpisah karena stasiun tujuanku sudah sampai lebih dahulu. Dalam hati aku bersyukur dipertemukan dengan keluarga kecil ini. Di tengah-tengah gempuran perceraian, kasus KDRT, masih ada keluarga kecil yang harmonis dan juga suami yang memperlakukan istri dan anak perempuannya layaknya seorang princess. 

Meski dalam hati terbersit, 

Jangan-jangan si teteh tadi umurnya gak jauh beda sama aku. atau bahkan di bawah aku. 

Aku kapan ya berpergian bareng sama orang yang emang udah di takdirkan buat aku? 

Lalu tak lama dari itu, aku beristighfar.

Hai. Inget. This is not about age. Remember, everybody has different destiny. 

Stop comparing yourself each other. Allah mempertemukan kamu dengan keluarga kecil itu supaya jadi pembelajaran buat kamu kalau kamu gak perlau takut untuk menikah. Masih ada orang yang memilih untuk harmonis bersama keluargnya, treat istri dan anak perempuannya dengan baik. Atau saat kamu melihat si Teteh tadi memperlakukan anaknya dengan sabar, bisa jadi itu juga contoh buat kamu nanti kalau udah punya anak dan lagi berpergian. 

Setiap perjalanan pulang selalu ada hal menarik yang bisa diceritakan.  

Percaya bahwa semuanya sudah ada takarannya dan aku gak perlu merasa jealous atau insecure karena kalau sudah waktunya. Pasti, dia akan tiba dari arah yang tak pernah kamu duga sebelumnya. 

Don't worry! Take it slowly :)


Love,

Ihat 


Photo by Aaron Burden

Hai, apa kabar?

Hi, how are you?

Are you good?

How's your day?

Dulu sih kata-kata sapaan itu paling sering banget diucapkan oleh guru bahasa Inggrisku. Meski jawaban tiap minggu gak pernah berubah. Paling cuma jawab,

I'm fine Ms, and you? 

I'm fine thank you. And you?

Tapi tiap kali dijawab dengan suara yang lantang mampu membangkitkan semangat dan memperbaiki mood yang jelek pada saat itu.

Beranjak dewasa rupanya pertanyaan sederhana itu sangat berarti untukku. Aku sangat senang tiap kali pesan yang sampai berupa, 

How are you?

Are you ok?

How's your day?

Is everything ok?

Ok, please tell me about your day. 

Belum juga membalas, aku sudah tersenyum kegirangan begitu membacanya. 

Atau pada saat perasaanku tak karuan, jika ada orang yang bertanya hal semacam itu rasanya kenapa ya kayak diinterogasi gitu. Hahaaa. Mungkin akunya lagi gak mau kelihatan gak baik-baik aja ya. Wanna pretend to be ok, tapi kalau udah ditanya soal kabar emang gak bisa bohong lagi sih kalau lagi gak baik-baik aja.

"Gimana kabarnya?"

"Baik.."

"Fisik? Fikiran?"

Lantas aku menjawab dengan bibir manyun, sambil menahan kesal karena pertanyaan itu justru berhasil membongkar kepura-puraanku bahwa sebenarnya aku lagi gak baik-baik saja. Huhuu.

Atau se simple  pertanyaan ketika aku sedang merasa stuck dengan hidup ini, merasa hampa, kosong...

"What do you think when you are alone?"

Boro-boro mau jawab, yang ada malah rembes air mata. Menjawab sambil terbata-bata, karena sungguh hidup sendiri, berjuang sendiri, jauh dari orang tua itu sesuatu sekali. 

Terkadang diri ini butuh seseorang yang kehadirannya, nasihatnya, ataupun perhatiannya mampu membuat diri ini merasa penuh. Tak lagi merasa kosong.

Have you ever felt like that?

Aku harap itu kamu ya. Semoga iya. 

Love,

Ihat

Kenapa pulang-pulang mukanya kusut?

Capek ya? 

Yuk duduk dulu, tarik nafas. 

Seharian ini bisa kamu lalui dengan baik bukan?

Walau aku tahu banget, tadi pagi kamu sempat malas bangun karena kamu tahu tadi adalah hari Senin. Hari yang selalu menakutkan untuk kamu, padahal saat kamu melaluinya ternyata tidak semenyeramkan yang ada difikiran kamu kan?

Berangkat pagi, pulang sore, seringnya malam masih mengerjakan kerjaan yang belum usai. Rutinitas yang dijalankan beberapa tahun terakhir ini. Pengen bilang capek, semua orang juga capek. Pengen berhenti, pengen lakuin apapun yang disuka... Cuma ya mikir lagi.  Dari hari ke hari butuh uang. Dan persoalan finansial kamu, udah kamu tanggung sendiri kan dari usia kamu 18 tahun? 

Tarik nafas... Pelan-pelan aja.

Tahu kok, hal yang sedang kamu jalani saat ini adalah mimpi kamu sedari kamu kecil. Kamu bahkan amat teramat sayang dan mencintai dunia kerjamu saat ini. Perasaan capek, lelah, gak selesai-selesai urusan pekerjaan, atau kadang kamu merasakan kekecewaan karena ada hal-hal yang di luar kendali. Gak apa-apa. Itu normal. Namanya juga kerja. 

Jadi apa sebenarnya yang sangat kamu inginkan pada saat ini?

Kamu butuh seseorang untuk bisa support kamu? Butuh seseorang yang bisa jadi pendengar setia cerita kamu tiap kali kamu pulang ke rumah? Bukan tempat kosong lantas bikin kamu malah bengong dan akhirnya nambah beban fikiran lagi karena larinya malah scrolling social media?

Sabar ya. 

Belum waktunya. Nanti juga kalau udah ada waktunya, orang yang selalu support kamu dan jadi pendengar baik kamu, akan hadir juga kok.

Mungkin saat ini, Tuhan pengen ngasih kamu space lebih buat diri kamu sendiri. Biar kamu lebih banyak spend your time with yourself sebelum nanti kamu kesulitan untuk bisa curi-curi waktu buat me time. 

Apapun keadaan kamu, kondisi kamu saat ini meski inginnya mengeluh, tetep ya tolong sisipkan ucapan syukur atas apapun yang udah Tuhan kasih ke kamu. 

Percaya deh, segala ketidaknyamanan sendirian ini pada akhirnya bikin kamu lama-lama kenal sama diri kamu sendiri dan kamu jadi sayang sama diri kamu sendiri. Asalkan kamu banyak mengajak diri kamu sendiri untuk ngobrol, deep talk. 

Gak apa-apa kalau obrolannya random juga. 

Gak apa-apa kalau ngobrolnya sendirian, emang lagi sama diri sendiri kan?

Put away your phone, listen to the your favourite song, start to talk with yourself both written or spoken. Just give yourself a space to think and to accept everything that happened to your life. 


Love,

Ihat

doc. pribadi

Untuk teman-teman yang kemarin tangannya sempat ku cengkram erat.

Bukan karena takut kotor atau manja, tapi memang setiap kali melihat jalanan curam atau melihat sesuatu dari ketinggian adalah hal yang paling aku takuti.


Meski beberapa kali diberi tahu untuk berpijak di sana dan di sini, tetap fikiran kacauku yang menguasaiku. Padahal saat aku memberanikan diri untuk percaya bahwa itu tidak berbahaya. Betul, itu tidak berbahaya. Dan aku selamat tanpa jatuh sekalipun. Dari sana aku baru mengetahui diriku sendiri bahwa ternyata alih-alih percaya pada orang lain ternyata aku lebih percaya pada fikiran burukku yang justru malah menyesatkanku. 


Atau mungkin ada yang beberapa kali mendengar aku bertanya, 


"Nanti jalannya curam lagi gak?"


"Nanti kita main air?"


Lalu dijawab, "Gak usah banyak nanya, jalani aja."


Aku terdiam mendengarkan jawaban itu. Jawaban yang menohok sekaligus membuatku berfikir, buat apa khawatir atas sesuatu hal yang nanti akan ada dihadapanmu? Kenapa kamu tidak menikmati hal-hal yang ada dihadapanmu saat ini? Menghawatirkan hal-hal yang menanti dihadapanmu justru malah membuatmu kehilangan moment untuk menikmati waktumu saat ini.


Atau ada beberapa orang yang menawari bantuan kepadaku di saat aku sungkan untuk meminta tolong. Dari sana aku belajar, tidak semua orang membenci hal merepotkan kok. Masih ada orang yang bersedia membantumu. Mereka bukan tidak mau membantumu, mungkin mereka tidak tahu kalau kamu itu butuh pertolongan karena kamu lebih memilih untuk diam saja dan asik sendirian seolah kamu bisa menghandle semuanya seorang diri. 








Love,

Ihat

Photo by Thiago Matos

Gak perlu lihat orang lain buat jadi perbandingan atas dirimu. Gak akan sama. Garis startnya juga udah berbeda.


Berat ya? 

Masih sanggup nanggung sendirian?

Kalau masih sanggup, gak apa-apa. 

Tapi kalau mau berbagi silahkan, cerita kamu siap didengarkan kok. 

Kenapa diam? 

Udah gak sanggup ya? 

Mau membuka dengan satu kata aja rasanya lidah kelu ya? 

Malah air mata yang berjatuhan.


Gak apa-apa. 

Kalau mau nangis, nangis aja. 

Sini, biar aku temani biar kamu gak merasa sendiri lagi.


Perkara ditolak, tidak diterima oleh sesuatu hal yang selama ini kita impikan memang akan menolehkan luka sendiri di hati. Lalu muncul perasaan kecewa, perasaan bahwa diri ini tidak layak, perasaan bahwa orang lain lebih dari kita.


Hei, udah. Stop. Kasian diri kamu sudah lelah untuk menghadapi kenyataan yang ada. Jangan terus disakiti dengan fikiran-fikiran dan ucapan yang aneh-aneh. Gak apa-apa kamu gagal hari ini, kamu ditolak hari ini. Karena apapun yang terjadi cukup hari ini saja bukan? 


Rasanya sakit ya ditolak? Ngerasa hari itu menjadi hari yang paling gagal dan kamu enggan untuk membuka mata kembali, untuk memulai hari. Buat apa? Bukanya udah ditolak ya?


Tapi hidup ya akan terus berjalan. Mau kamu suka atau tidak, waktu akan gak akan pernah berhenti hanya karena kamu lagi gak baik-baik aja.


Jadi, tetap dihadapi ya. Sambil peluk diri kamu sendiri, terus bilang,

"Gak apa-apa. Yang ditolak kan hanya rencana atau pendapat atau perasaan kamu. Hidup kamu enggak kok. Masih ada yang mau nerima dan sayang sama kamu. Kemarin belum tepat aja orang, tempat atau momennya." 


Love,

Ihat

Photo by Ylanite Koppens

Di tengah upaya untuk menyembuhkan dan mencintai diri sendiri selalu dan pasti selalu ada kerikil yang ikut turut serta mewarnai proses perjalanan ini.

Dari mulai cerita yang membuatmu cemburu untuk berada di posisinya.

Cerita yang kadang membuatmu kembali merasa kecil dan tak berarti.

Membuatmu kembali ingin menyalahkan diri sendiri.

Tapi...

Haruskah kamu kembali ke titik terendahmu lagi?

Mungkin kamu masih diuji dengan hal yang sama, tapi setidaknya kamu sudah mulai bisa menyikapinya dengan baik saat ini.

Tidak apa-apa.

Tidak apa-apa kalau kamu belum bisa menyikapinya dengan sangat baik. 

Apa yang sudah kamu lakukan sampai sejauh ini, aku bangga dengan prosesmu. 

Aku bangga dengan upaya yang sudah kamu lakukan untuk tidak lagi menyalahkan diri sendiri, tidak lagi menahan orang yang memang ingin pergi dari hidupmu. 

Kamu hebat!

Meski dalam hati ada rasa cemburu melihat ataupun mendengar cerita orang lain, ketahuilah. Kamu tidak sepenuhnya tahu tentang apa yang terjadi pada mereka. Bisa jadi hal yang mereka dapat saat ini, mereka harus membayarnya dengan menyerahkan hal lain yang kamupun belum tentu sanggup untuk bisa menerimanya.

Gak apa-apa. Gak harus buru-buru kok. Lagian mau ke mana sih?

Makasih ya karena di detik ini kamu sudah bisa lebih bijak dalam menghadapi rintangan hidup. 

Kamu gak perlu jealous sama kehidupan orang lain. 

Fokus sama hidup kamu sendiri.

Syukuri yang ada, perbaiki kesalahan yang pernah dibuat, lakukan yang terbaik, setelah itu serahkan segala urusan pada Sang Pencipta.

Janji. Senyum ya :) 

Jangan gantungkan rasa bahagia kamu kepada orang lain, tapi ciptakan rasa bahagiamu itu oleh dirimu sendiri.


Dear myself,

I'm so proud of you.

I love you :)


with love,

Ihat


canva.com


06 Mei 2013

Dear diary,

Hai diary! Sorry ya, udah beberapa hari gak suka nulis. Lagi banyak tugas dari sekolah. 

Sekarang aku udah gak mau lagi bahas mereka. Males! Lagi pula percuma mau marah-marah sama mereka. Gak ada gunanya. 

Tau kondisi kelas lagi gak baik-baik aja, ditambah dapet tugas dari OSIS buat handle satu acara. Ketuanya Farhan, sekretarisnya Tita. Tita yang panikan, apa-apa dibuat ribet. Mana sering ngelangkahin ketua. Dan barusan aja, tanpa diduga si Farhan telfon aku. Bela-belain beli pulsa lagi gegara pulsa sebelumnya gak cukup. Dia curhat soal kelakuan Tita yang menyebalkan, bikin wibawa dia sebagai ketua gak ada harganya. 

Selama dia nelfon, yang ada difikiran aku cuma satu.

Dia pacarannya sama si Tiyas, kenapa untuk urusan beginian harus curhat ke aku? Harusnya ke pacarnya kan? Iya kan? 


Lia

 

canva.com



3 Mei 2013

Dear diary, 

Hai diary! Sorry kemaren gak nulis. Malam juga enggak. Habisnya males plus ngantuk. 

Huhuuu, si Tiyas tambah ngelunjak! Gila tu orang. Di saat aku ingin mengakhiri semuanya eh malah dia and the genk yang ngajak ribut!

Tau gak? Kemarin hari Rabu seluruh siswa harus piket bersih-bersih di tempat yang sudah ditentukan oleh kakak OSIS.  Aku kan bagian piket bersihin perpustakaan. Begitu aku balik dari perpus dan hendak mau ke kelas buat ngambil sapu karena sapunya kurang, aku lihat ada sepatunya Tiyas nongkrong di depan kelas. Pas aku lihat dari balik jendela kelas, ternyata di kelas itu cuma ada Tiyas sama Farhan lagi ngobrol! Mereka berdua di kelas! Aku memberanikan diri aja masuk ke kelas dan mereka langsung bubar gitu aja. Aku gak peduli dengan adanya mereka di kelas. EGP! Dan setelah itu aku keluar kelas, pura-pura gak lihat mereka aja. 

Terus pas aku lagi nyapu teras perpus, sekonyong-konyong ada orang lewat tanpa permisi. Begitu aku mengangkat wajahku dan melihat siapa yang lewat tanpa permisi padahal lantai lagi disapu adalah TIYAS! Helloo!!! Nyelonong aja seenak jidat! Gak punya mata apa?!

Tadi pagi aja aku udah males lihat dia, mana si Farhan gak punya malu. Si Farhan malah nanyain tugas Ekonomi ke aku dan pas aku lirik ke arah Tiyas, dia langsung mendelikkan mata. Kesel ya? Atau jangan-jangan cemburu? HAHAHAHAHAAA!


Lia

Newer Posts Older Posts Home

Thank You!

You are looking for...

  • ▼  2025 (15)
    • ▼  May (2)
      • Refleksi Catatan 14: Gak Harus Tahu Aku Siapa
      • Refleksi Catatan 13: Ketika Aku Memilih Untuk Mera...
    • ►  April (3)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (5)
  • ►  2024 (44)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (10)
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (3)
    • ►  March (2)
    • ►  February (6)
    • ►  January (4)
  • ►  2023 (30)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  May (13)
    • ►  April (5)
    • ►  March (1)
    • ►  February (5)
    • ►  January (1)
  • ►  2022 (30)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  July (1)
    • ►  May (6)
    • ►  April (4)
    • ►  March (4)
    • ►  February (3)
    • ►  January (8)
  • ►  2021 (15)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (4)
    • ►  September (1)
    • ►  July (4)
    • ►  June (1)

Friends

Community

Community

Subscribe Us

1minggu1cerita
BloggerHub Indonesia Logo Komunitas BRT Network

Featured post

Don't Worry. Don't Think Too Much.

Photo by Cup of Couple Dear you, I wanted to take a moment to express that I'm filled with gratitude for you and the incredible influen...

Translate

Copyright © 2016 Hi Solihat. Created by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Templates