Refleksi Catatan 13: Ketika Aku Memilih Untuk Merasa Cukup
![]() |
Photo by cottonbro studio |
Ternyata konsep hidup begitu ya. Ketika Allah bilang bahwa semuanya ini berpasangan dalam QS Az-Zariyat ayat 49, maka apapun yang hadir dalam hidupmu pun begitu. Sepaket. Tak pernah setengah-setengah.
Sama seperti saat hadirnya kesulitan, maka kemudahan lain tentu hadir juga beriringan. Saat seseorang hadir dalam hidupmu, dia yang membuatmu bahagia, bisa jadi dia juga yang akan membuatmu menangis. Semua yang hadir dengan kadar dan takaran yang telah ditentukan oleh-Nya. Tak ada yang "paling” di dunia ini. Tak ada yang tertukar, karena semua sudah dalam ketetapan-Nya.
Belajar untuk Bijak dalam Menyikapi
Dari sini aku belajar bahwa saat apa pun datang ke dalam hidup, hadapilah dengan bijak. Tak perlu terlalu bahagia, tak perlu terlalu sedih. Walau aku tahu, itu gak mudah sih.
Makannya ya, dalam Islam kita mengenal kata “Alhamdulillah” dan juga “Innalillahi.” Dua ungkapan yang mengingatkan bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah, bukan semata-mata karena usaha kita. Usaha tetap perlu, tapi hasil akhir tetap milik-Nya.
Saat Standar Dunia Membuat Letih
Aku pernah mengeluh karena di usiaku kini aku belum punya tabungan yang besar (jika melihat standar masyarakat), belum punya pasangan, karir yang mentok gitu-gitu aja. Sampai akhirnya, dititik saat aku sudah lelah dengan segala achievements standar orang lain, aku memilih untuk “menerima” hidupku, jalanku, takdirku, seraya terus berjuang, berusaha, dan berdoa. Tak hanya menerima, aku pun belajar untuk selalu merasa “cukup” atas apa yang sudah Allah kasih. Alih-alih menyalahkan diri dan keadaan karena merasa diri tidak cukup kompeten, atau menyalahkan diri karena keputusan-keputusan yang pernah diambil, aku memilih untuk bersyukur setiap kali hari usai dan terus memupuk diri untuk berkata,
“Ya Allah, alhamdulillah, terima kasih untuk hari ini aku bisa makan…. Aku bisa menyelesaikan pekerjaanku dengan seizinmu, diberi lingkungan kerja yang baik, teman-teman yang support dan selalu mengingatkan untuk tetap berada dalam jalan yang Allah ridhoi.”
Bentuk Lain dari Rezeki
Hingga akhirnya, satu persatu semua itu terjawab. Saat yang kufikir masa depanku akan hancur dan berantakan, rupanya Allah dengan baik memberiku teman-teman yang sangat baik, yang mau mendukung dan juga membantu untuk urusan hal-hal yang bersifat administrative saat aku akan melamar pengalaman lain di luar sana.
Kini aku sadar, rezeki bukan hanya tentang uang, gaji yang kamu dapatkan. Bukan.
Rezeki juga adalah teman yang baik, lingkungan yang mendukung dalam hal kebaikan, hati yang tenang, dan keimanan yang terus tumbuh. Rezeki adalah ketika ada orang yang dengan tulis mengingatkanmu pada akhirat bahkan ketika kamu sendiri hampir lupa.
Kalau boleh memilih tentu, inginnya ya gaji berlipat dengan lingkungan yang selalu mengingatkan akhirat juga. Tapi lagi-lagi, hidup adalah pilihan. Pilihan mana yang kekurangannya bisa kamu terima?
Husnudzan dan Ikhlas Menerima Takdir
Banyak hal baik yang datang saat kamu memilih untuk husnudzan kepada Allah, ikhlas menerima takdirmu, dan memilih untuk tidak menyerah. Mungkin jalannya tidak mudah, tapi bukanlah semua itu bagian dari cara-Nya menguatkan kita?
Ya Allah, aku tahu imanku lemah. Maka kuatkan imanku untuk terus percaya dan yakin kepada-Mu di kala susah maupun senang. Menerima dan terus yakin bahwa ketetapan-Mu atas apa yang telah aku usahakan adalah bentuk perlindungan-Mu dan juga kasih saying-Mu padauk agar aku tetap dekat dengan-Mu bukan malah menjauh dari-Mu. Bimbing aku untuk terus menebari kebermanfaat pada sekitar dan terus ajari untuk terus memilihku dan menempatkanmu diurutan pertama setiap kali akan memilih suatu urusan.
Ajari aku untuk terus bersemangat dan bahagia berbicara dengan-Mu di sepertiga malam. Karena sungguh, tanpa-Mu, aku lemah dan tak berdaya.
Terima kasih ya Allah.
Love,
Solihat
x
0 Comments