Hi Solihat

Let me share with you here

  • Home
  • Contact Me
Photo by Towfiqu barbhuiya


Sebenarnya kalau harus mengikuti timeline pada umumnya saya terbilang telat. Harusnya di usia 23 tahun ini saya sudah dapat yang lain dibandingkan apa yang telah saya raih saat ini. Tapi hidup bukan soal membandingkan bukan? Karena setiap kita terlahir dengan taqdir yang berbeda. I'm so grateful for everything I've achieved. Alhamdulillah!

Pencapaian tertinggi saya di usia 23 tahun ini adalah alhamdulillah saya bisa menyelesaikan pendidikan S1. Although, molor satu semester karena kerjaan ditambah pandemi yang membuat saya tidak bisa ke mana-mana saat itu. Data yang saya kumpulkan salah tidak nyambung. Argh pokoknya banyak sekali penghambatnya saat saya menyelesaikan tugas akhir saya itu. Saya sempat putus asa dan memilih untuk tidak melanjutkannya, tapi setelah melihat lagi keuangan yang sudah dibayarkan sejak semester satu rasanya tidak sebanding. Sangat disayangkan kalau saya berhenti di detik-detik terakhir. Selama ini saya kerja buat apa? Buat kuliah juga kan? Itu motivasi saya sehingga alhamdulillah meski harus nambah satu semester skripsi saya kelar meski nilainya enggak cumlaude.

Bisa merasakan bangku kuliah bagi saya adalah sesuatu hal yang mewah. Meski di PTS, mengambil kelas karyawan, ke kampus hanya untuk belajar saja tidak mengikuti organisasi kampus atau UKM kampus, banyak izinnya lantaran bentrok dengan jadwal kerja. Ya mau gimana lagi. Saya lakoni keduanya selama 4,5 tahun. Sungguh rasanya seperti naik rooler coaster. Besoknya bagian presentasi eh ternyata malah dapat tugas buat dampingi anak-anak kegiatan. Atau pernah harus cuti satu bulan alhasil satu matkul dapat nilai D. Dengan berat hati mau tidak mau saya harus mengambil semester pendek. Belum lagi soal biaya. Lantaran punya jadwal kuliah, konsekuensinya gaji dipotong. Mau tidak mau saya harus pintar-pintar mengatur keuangan, untuk ongkos, bekal ke kampus, belum nabung untuk bayar uang kuliah (saya suka dikumpulin dulu gitu, nanti per tiga bulan sekali dibayarkan ke kampus). Ya saya ambil semua resiko itu demi mewujudkan impian saya untuk bisa kuliah. Pernah suatu hari karena ada kegiatan di tempat kerja sampai malam dan saya bertugas bagian malam mau tidak mau saya begadang. Tidur cuma dua jam habis sholat shubuh langsung pergi ke kampus. Sampai-sampai ke kampus karena ternyata dosennya berhalangan masuk saya sempatkan untuk tidur. Karena masih ada kelas lagi full sampai sore bahkan pernah sampai maghrib.

Makanya saya suka sedih kalau ada Mahasiswa kuliahnya asal-asalan, jarang masuk, ikut kegiatan atau magang enggak, apalagi kerja. Duit udah ada dari orang tua. Coba direnungkan lagi ya. Masih banyak orang diluaran sana yang terpaksa mengubur mimpinya untuk tidak melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi karena keterbatasan biaya.

Where there is a will there is a way. Kata-kata ini yang akhirnya menjadi motivasi saya selama saya kuliah.


Photo by Leeloo The First

Tanya sekali lagi pada hatimu

Atas mimpi-mimpi yang selama ini didamba
Sudah jelaskah arahnya?
Sudah jelaskah niatnya?

Tanya sekali lagi pada hatimu
Atas pilihan-pilihan yang telah kau buat
Sudah sesuaikah dengan keinginanmu selama ini?
Atau hanya karena mulut-mulut tetangga yang membuatmu ingin membungkamnnya?

Tanya sekali lagi pada hatimu
Atas kisah-kisah mereka yang masih saja kau pelihara
Haruskah tetap dinyalakan bara apinya?
Atau dipadamkan saja dan biarkan semuanya berlalu?

Tanya sekali lagi pada hatimu
Jika kamu masih ragu
Jika niatmu hanya sekedar sebagai ajang pembuktian
Bagaimanapun juga hidup ini adalah milikmu
Bukan milik orang lain


by: Ihat Azmi

Photo by Jess Bailey Designs


Saya termasuk yang masih awam ya untuk dunia blogging apalagi self-hosted. Satu tahun kemarin saya memutuskan untuk menggunakan nama domain sendiri dan waktu itu saya pilih providernya yang sedang memberikan promo free domain. Ya udah akhirnya saya beli karena harganya gak mahal-mahal amat kok dan waktu itu dapet e-mail kalau perpanjangannya nanti kena biaya sebesar Rp. 308.000,-. Ah masih lama, setahun ini kok. Batin saya.

Setahun ternyata berlalu begitu cepat dan saya selama ini tidak menyisihkan uang untuk pembayaran perpanjangan sewa hosting tersebut. Barulah mendekati bulan-bulan terakhir beberapa e-mail mengenai masa aktif hosting dan domain saya masuk dari provider. Tapi saya abaikan toh saya cuma harus bayar Rp. 308.000,-. Nah memasuki bulan terakhir masa aktif saya baru cek akun saya. Pas dilihat dinotifikasinya teryata ada yang harus bayar yaitu perpanjangan domain dengan harganya itu setengah dari harga sewa hosting. Kaget lah ya, kok bisa jadi murah ya? Kan asalnya tiga ratus delapan ribu? Saya kontak aja CS nya dan alhamdulillah respon CS nya cepet banget.  Ya sudah saya langsung transfer aja dong gak mikir panjang lagi. Lumayan sisa duitnya buat beli skincare. Batin saya. Hanya saya pas saya cek lagi di akun saya ternyata yang Rp. 308.000,- itu masih ada dan akan jatuh tempo pada akhir bulan ini. Bingung lah saya. Terus tadi bayar apa dong?

Iya Kak, yang tadi itu bayar perpanjangan domainnya. Untuk hostingnya belum.

Alamak! Lemes saya mendapat balasan dari si CS nya begitu. Panik lha saya. Uang yang sudah dijatah buat pembayaran blog ternyata minus! Kemudian saya tanya ke grup komunitas blog, 1m1c dari sanalah saya baru faham kalau bikin blog dengan self-hosted bayarnya ya begitu. Ya bayar domainnya bayar juga hostingnya. Kecuali yang pas diawal beli domainnya gratis seumur hidup. Pas saya hitung-hitung ternyata pengeluaran saya untuk bayar perpanjangan domain dan hosting mencapai Rp. 507.000,- hikss :’(.

Tak lama saya mendapatkan info untuk dicoba pindah paket hostingnya saja, jadi di downgrade gitu namanya. Sebelum saya melakukan downgrade itu saya kembali melihat paket-paketan yang telah tersedia dan saya menemukan yang paling murah. Untungnya lagi saya gak buru-buru nge-downgrade. Saya kembali lagi bertanya-tanya ke CS nya dan alhasil ribet juga ternyata. Lantaran disk space hostingnya kecil dan disk space hostingan saya sebelumnya sudah mencapai dari yang paket lebih murah itu. Habis itu saya tanya lagi untuk harganya berapa dan ternyata harganya tidak jauh berbeda. Baiklah¸ actually dengan berat hati akhirnya saya bayar aja sesuai dengan tagihan awal.

From my experience, I highlighted some points:

  • Jika kamu memutuskan untuk membuat blog dengan self-hosted  berarti mau tidak mau kamu harus belajar tentang dunia per-bloggan. Soalnya sayang banget kalau bikin terus dianggurin secara percuma. Secara kita punya tagihan biaya setiap tahunnya. Kecuali kamu punya banyak duit dan gak ambil pusing soal biayanya.
  • Sering-sering ngecek akun providernya. Biar kamu tahu dan faham. Jangan seperti saya ngecek pas udah mau jatuh tempo.
  • Kumpulin uang perbulan lah ya jadi gak memberatkan pas diakhir. Saya salahnya begitu terlalu menyepelekan bayarannya. Jadi yang tertera Rp. 308.000 itu hanya untuk bayar sewa hostingnya dan belum termasuk bayar perpanjangan domainnya.
  • Mau gak mau blog saya harus bisa menghasilkan sesuatu. Jujur sih, kalau cuma buat numpang biar dikata orang keren punya blog pribadi itu gak ada di kamus saya. Inget biaya pertahunnya berat cuy! Jadi kalau cuma buat gengsi doang saya mending pindah lagi ke blog gratisan.
  • Baiklah karena sudah terlanjur mau tidak mau saya harus belajar banyak lagi soal blog atau pilihan terakhir kalau misal nanti belum dapet tawaran iklan aja ya udah mau migrasi aja ke blogspot hihii. Di blogspot kan cuma bayar domainnya aja gak perlu sewa hosting.


Photo by Ann H

Sebagai seorang pembina asrama, tentu berat rasanya. Mengurusi anak dengan berbagai karakter menuntut saya untuk lebih bersabar lagi dalam menghadapi mereka. Terlebih diusia yang labil, terkadang nasehatpun selalu salah dipandangan mereka.

Manusiawi, jangan mentang-mentang saya sebagai seorang pembina asrama memiliki hati bak malaikat, tidak. Saya bisa marah, kesal, bahagia, sama seperti lainnya. Toh saya juga manusia biasa. Apalagi jika tugas diasrama menumpuk dititik waktu tertentu, masalah datang secara bersamaan rasanya kepala saya ingin pecah. Setelah beres ngurusin yang ini, yang lainnya datang. Terkadang saya ingin lari jauh dari dunia saya saat itu juga. Namun sebuah pesan selalu membuat hati saya terenyuh, senang sekaligus terharu.

Jazakallohu khoiran ukhti..

Ukhti, jazakumullohu khoiran katsiira. Semoga ukhti lebih sabar lagi dalam mengurus anak-anak.

Jazakallohu khoiran, artinya semoga Allah membalas atas kebaikanmu. Sebuah kalimat sederhana namun bagi saya maknanya sangat dalam. Bukan hanya sebatas ucapan melainkan sebuah doa. Kebaikan yang kita lakukan, lalu orang lain membalasnya dengan doa seperti itu, bagaimana? Luar biasa bukan? Mereka membalasnya dengan mendoakan agar kebaikan yang kita perbuat dibalas oleh Allah SWT. Balasan mana yang lebih indah selain dari balasan Allah SWT? Maka dari itu saya aamiin kan dalam hati sambil tersenyum. Walau terkadang dengan kebaikan yang telah ditebar selalu mengundang rezeki dalam bentuk lainnya.

Saya ingat bagaimana orangtua saya mengajarkan saya agar melaksanakan segala sesuatu janganlah pamrih, biar Allah SWT yang balas. Percuma jika melakukan kebaikan karena ingin dipuji orang, apalagi ingin diberi hadiah, sudahlah capek melakukan amal perbuatan eh amalannya hangus lagi tak bernilai disisi Allah. Adapun untuk hadiah yang sering saya terima, ya saya anggap itu adalah bonus yang Allah beri untuk saya.

Ukhti terima kasih banyak atas bantuannya. Jakallohu khoiran katsiira. Semoga ukhti kuliahnya lancar, mendapatkan jodoh yang sholeh, mapan, ganteng, baik, sayang sama ukhti.

Saya tersenyum saja, saya aamiinkan dalam hati.

Jazakallohu khoiran ukhti,

Doa juga penyemangat bagi saya 🙂

Ditengah hawa dingin yang menyerang,
06/07/18

IhatAzmi

Photo by Valeriia Miller

It’s been a long time I never share here ya.

2024 sudah berakhir bahkan kita sudah menginjak di hari ke 11 bulan Januari. Ada banyak hal yang ingin aku sampaikan kepada kalian semua.

2024.

Tahun penuh lika-liku dan juga kejutan.

Berawal dari kegiatan sekolah mengenai proyek drama yang membangkitkan kembali memori lamaku. Aku suka drama dan aku suka pementasan. 

Lalu bergabung di volunteers dan mengadakan kegiatan di bulan Ramadan di Tahura. Bertemu orang baru, mendapatkan pengalaman baru yang tentunya unforgettable moment banget. Dan kalian tahu? Aku kira tahun ini kita akan mengulangi hal yang sama ternyata tidak. Masing-masing dari kita sibuk dengan kehidupan pribadi kita dan beberapa sudah memilih jalan hidupnya masing-masing. Whenever you are, our memories is still alive.

Mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program PKGBI batch 2. Setiap Sabtu adalah jadwal kelas kami belajar bersama via g-meet. Belajar dari para senior membuatku sadar bahwa apa yang diraih mereka  pada saat ini adalah bentuk konsisten mereka dari awal mereka berkarya. 

Lanjut dengan badai kehidupan yang tiba-tiba datang. Kekecewaan, kesedihan, ketidakmampuan diri dalam memahami perasaan yang sedang dirasa rupanya cukup menguras energi. Aku yang berubah menjadi pemurung, selalu menarik diri dari orang-orang, menangis tanpa sebab sepanjang malam, sulit untuk tidur, bahkan ada dorongan ingin menyakiti diri sendiri. Aku tak bisa membagikan ini semua pada orang terdekatku saat itu. Aku hanya bisa membaginya melalui tulisan yang aku kirim pada temanku di beda negara. Aku menangis sesegukan begitu mendapatkan jawabannya. Jalannya hanya satu, aku tak perlu menghawatirkan masa depan karena itu adalah pekerjaannya Allah dan aku hanya perlu percaya sepenuhnya pada Allah. 

Meski begitu, berbulan-bulan bahkan sampai detik ini perasaan itu terus saja hadir. Sampai kemudian aku memutuskan untuk resign dari pekerjaan aku sekarang. Aku memilih untuk pulang ke rumah dan tinggal kembali bersama orang tua. Meski aku harus menunggu selama 6 bulan lagi, lantaran kontrak kerjaku berakhir di bulan Juni mendatang. 

Ada hal yang aku syukuri dari ujian perasaan yang tak menentu ini. Aku jadi terus memupuk diri untuk lebih bersabar, menerima perasaan yang hadir walau tidak tahu ini perasaan apa. Belajar untuk percaya serta menyerahkan sepenuhnya pada Allah. Karena banyak sekali hal-hal yang tak bisa kita kendalikan. Aku pun jadi sering bercerita pada orang tua ku, terutama Mamah. Dan Mamah kini bisa memahami apa yang aku rasakan. Kalau kata Mamah, jangan bosen-bosen untuk terus bertanya kepada diri sendiri, karena jawaban dari kebimbangan dan keputusasaan ini bisa kamu temukan dari dalam dirimu sendiri. 

Setelah itu, sedikit demi sedikit aku selalu mencoba untuk menyapa diriku sendiri, termasuk anak kecil yang ada dalam diri ini yang sering diabaikan. Rasanya bagaimana? Sungguh tidak enak. Ada rasa sakit begitu aku mencoba menyapanya. Belum juga belum udah nangis apalagi kalau udah lihat foto semasa kecil. Tapi ya aku harus terus menyapanya biar dia tidak merasa kesepian. 

Jangan kalian harap aku selesai dengan ujian ini. Belum. Tahun 2025 juga aku masih berjuang dengan ujian perasaan ini. Setelah coba cari tahu dari buku, internet, podcast apa yang aku alami saat ini adalah aku sedang memasuki fase life quarter crisis. Jujur aku demotivasi, bingung dengan tujuan hidupku, sering mempertanyakan kembali apa makna hidup ini. Fase tidak nyaman ini justru menuntunku untuk lebih melihat diriku sendiri secara utuh, mendengarkan apa yang sebenarnya aku inginkan dalam hidup ini, serta luka-luka pengasuhan dan pengabaian dulu yang kini lebih sering minta untuk dipeluk. 

Aku tahu ini tak mudah, tapi aku yakin aku mampu untuk melewatinya. Aku yakin aku akan baik-baik saja dengan bantuan dari Nya, dengan cinta dan kasih sayang-Nya. 

Menulis pada akhirnya menuntunku kembali untuk berdialog dengan diriku sendiri dan juga membuat fikiranku sedikit lebih ringan. Karena pada akhirnya yang bisa memahami dirimu adalah dirimu sendiri.


Ihat 



Photo by Alex Fu


Aku kembali gelisah

Waktu terus berputar tak bisa kuhentikan

Malam semakin larut, tetapi mata sulit untuk bisa dipejamkan

Kebisingan dunia sudah berhenti tinggal semilir angin yang terdengar, namun bisik di kepala rupanya masih salih bersahutan sulit untuk bisa dihentikan. 

Menatap jam yang kini jarumnya sudah berpindah ke hari baru 

Tiba-tiba perasaan sedih, rindu, kesal, bercampur marah kembali hadir

Air mata tak bisa lagi ku bendung

Aku kembali menangis sendirian, bayangan-bayangan yang menyebalkan itu kembali lagi datang

Ingin sekali aku menghubungimu saat itu

Menangis kembali dipelukanmu, sembari mendengar nasihatmu yang selalu menenangkanku

Tapi malam itu aku tak bisa 

Aku tak bisa melakukannya lagi

Teringat bahwa tujuan kita berbeda

Arah yang kita tuju ternyata tak sama

Aku memutuskan untuk segera pergi meninggalkanmu sebelum aku jatuh terlalu dalam

Dan kamu membiarkan aku pergi dengan keputusanku


Tak ada yang salah dengan pertemuan ini

Kesempatan yang kita lalui bersama

Kamu yang selalu ada untukku

Begitupun aku


Meski aku tahu jalanan yang harus ku tempuh ini masih jauh untuk menemukan cahaya

Tapi aku tak mau, saat aku sudah terlalu terbiasa denganmu dan perjalanan yang kita lalui sudah sangat jauh, sementara tujuan kita berbeda

Pada akhirnya kita akan tetap berpisah bukan?


Sungguh, jika harus ku katakan

Aku sangat merindukanmu

Namun keputusan yang aku buat

Aku tak bisa mengatakan itu kembali

Dan aku tak ingin kehilangan diriku lebih jauh lagi

Biarkan sepi malam dan segala riuh dalam isi kepala menemaniku

Meski harus tetap terjaga sampai fajar tiba


Ihat



 


Older Posts Home

ABOUT ME

I'm a storyteller who could look back at my life and get a valuable story out of it. I'm trying to figure things out by writing. Welcome to my journey! Please hit me up hisolihat@gmail.com.

POPULAR POSTS

  • Refleski Catatan 29: Dukungan Orang Tua
    Photo by Pavel Danilyuk One thing that I have to be grateful for is my parents' support. They are the reason I can keep going when every...
  • Reflection Journal 27: Redefining Success
    Photo by cottonbro studio When I once asked him, "How do you define success in life?" He answered, "Sometimes, a simple thing...
  • Book Insight #1: 3 Things I Learned from A Guide Book to Trust Yourself
    doc. pribadi Identitas Buku Judul : A Guide Book to Trust Yourself Penulis :  Ares Ulia Tahun Terbit : 2022 Penerbit:  Penerbit Briliant Jum...

Categories

  • BPNRamadan2021 1
  • Books 6
  • Catatan Harian 42
  • Dari Masa Lalu 2
  • Jalan-jalan 3
  • Puisi 1
  • Refleksi Diri 77
  • Satnight Story 3
  • Self Talk 1
  • Tentang si Kecil 2
  • Thanks for Leaving Me 1

Thank You!

You are looking for...

  • ▼  2025 (36)
    • ▼  September (2)
      • Book Insight #1: 3 Things I Learned from A Guide B...
      • Refleski Catatan 29: Dukungan Orang Tua
    • ►  August (5)
    • ►  July (6)
    • ►  June (3)
    • ►  May (7)
    • ►  April (3)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (5)
  • ►  2024 (44)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (10)
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (3)
    • ►  March (2)
    • ►  February (6)
    • ►  January (4)
  • ►  2023 (30)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  May (13)
    • ►  April (5)
    • ►  March (1)
    • ►  February (5)
    • ►  January (1)
  • ►  2022 (30)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  July (1)
    • ►  May (6)
    • ►  April (4)
    • ►  March (4)
    • ►  February (3)
    • ►  January (8)
  • ►  2021 (15)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (4)
    • ►  September (1)
    • ►  July (4)
    • ►  June (1)

BloggerHub Indonesia

Friends

Translate

Copyright © Hi Solihat. Designed & Developed by OddThemes