Hi Solihat

Let me share with you here

  • Home
  • Contact
canva.com


06 Mei 2013

Dear diary,

Hai diary! Sorry ya, udah beberapa hari gak suka nulis. Lagi banyak tugas dari sekolah. 

Sekarang aku udah gak mau lagi bahas mereka. Males! Lagi pula percuma mau marah-marah sama mereka. Gak ada gunanya. 

Tau kondisi kelas lagi gak baik-baik aja, ditambah dapet tugas dari OSIS buat handle satu acara. Ketuanya Farhan, sekretarisnya Tita. Tita yang panikan, apa-apa dibuat ribet. Mana sering ngelangkahin ketua. Dan barusan aja, tanpa diduga si Farhan telfon aku. Bela-belain beli pulsa lagi gegara pulsa sebelumnya gak cukup. Dia curhat soal kelakuan Tita yang menyebalkan, bikin wibawa dia sebagai ketua gak ada harganya. 

Selama dia nelfon, yang ada difikiran aku cuma satu.

Dia pacarannya sama si Tiyas, kenapa untuk urusan beginian harus curhat ke aku? Harusnya ke pacarnya kan? Iya kan? 


Lia

 

canva.com



3 Mei 2013

Dear diary, 

Hai diary! Sorry kemaren gak nulis. Malam juga enggak. Habisnya males plus ngantuk. 

Huhuuu, si Tiyas tambah ngelunjak! Gila tu orang. Di saat aku ingin mengakhiri semuanya eh malah dia and the genk yang ngajak ribut!

Tau gak? Kemarin hari Rabu seluruh siswa harus piket bersih-bersih di tempat yang sudah ditentukan oleh kakak OSIS.  Aku kan bagian piket bersihin perpustakaan. Begitu aku balik dari perpus dan hendak mau ke kelas buat ngambil sapu karena sapunya kurang, aku lihat ada sepatunya Tiyas nongkrong di depan kelas. Pas aku lihat dari balik jendela kelas, ternyata di kelas itu cuma ada Tiyas sama Farhan lagi ngobrol! Mereka berdua di kelas! Aku memberanikan diri aja masuk ke kelas dan mereka langsung bubar gitu aja. Aku gak peduli dengan adanya mereka di kelas. EGP! Dan setelah itu aku keluar kelas, pura-pura gak lihat mereka aja. 

Terus pas aku lagi nyapu teras perpus, sekonyong-konyong ada orang lewat tanpa permisi. Begitu aku mengangkat wajahku dan melihat siapa yang lewat tanpa permisi padahal lantai lagi disapu adalah TIYAS! Helloo!!! Nyelonong aja seenak jidat! Gak punya mata apa?!

Tadi pagi aja aku udah males lihat dia, mana si Farhan gak punya malu. Si Farhan malah nanyain tugas Ekonomi ke aku dan pas aku lirik ke arah Tiyas, dia langsung mendelikkan mata. Kesel ya? Atau jangan-jangan cemburu? HAHAHAHAHAAA!


Lia

 

Foto oleh Nugroho Wahyu


Dear myself,

Di tengah gempuran media sosial yang serba memperlihatkan pencapaian

Terima kasih karena kamu telah memilih untuk senantiasa bersyukur seraya berusaha kembali sesuai dengan jalanmu sendiri

Terima kasih karena telah belajar untuk tidak lagi membanding-bandingkan dirimu dengan yang lain karena kamu tahu itu amatlah sangat tidak sepadan.


Dear myself,

Terima kasih karena selalu berusaha untuk berbaik sangka atas ketetapan-Nya dalam hidup ini

Belajar untuk menahan amarah di saat semua keadaan tidak sesuai dengan harapan

Walau sekuat tenaga kamu harus mengelus dada, beristighfar, seraya berkata: "You're gonna be ok. Don't worry."


Dear myself,

Terima kasih karena telah memilih bertahan serta menghadapi segala situasi yang datang daripada menyerah lantas melarikan diri

Terima kasih karena masih mau berjalan walau tertatih kesakitan

Maaf jika fikiran jahat itu masih saja menghantui, membuat tidurmu tak nyaman, atau membuat awal harimu menjadi awan kelabu 

Maaf jika aku masih belum bisa membuatmu baik, membuatmu bahagia lebih banyak dari yang seharusnya. 


Tolong jangan tinggalkan aku

Mari hadapi semua rintangan ini bersama

Semoga aku bisa lebih baik lagi dalam memperlakukanmu


Selamat bertumbuh setiap harinya

Bukan karena perayaan setahun sekali

Tapi memang aku harus merayakan pencapaian kecilku setiap harinya

Mengapresiasi serta mengevaluasi tanpa dilebih-lebihkan dari ke duanya

Karena setiap yang hadir dalam hidup ini bersifat sementara

Atau bahkan tak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan


Tuhanku

Tolong bantu aku untuk bisa mencintai diriku sendiri sepenuhnya

Untuk menyayangi diriku sendiri tanpa harus lagi ketakutan dengan fikiran buruk yang kerap menghantui

Ajari aku dan bimbing aku agar senantiasa legowo, percaya, dan menerima segala putusan yang telah Kau tulis untukku

Tolong jangan biarkan aku menjadi hamba yang kufur dan selalu berburuk sangka atas rencana-Mu

Aku hanya ingin bahagia baik itu di dunia dan maupun di akhirat.


Love,

Ihat

Photo by KawaiiArt1980

Kenapa ya orang ini benar-benar bisa membuat perasaanku kacau balau. Bisa tiba-tiba seneng, kesel, benci, marah, kecewa. Hanya saja setiap ada kesempatan untuk bisa berbagi cerita dengan dia, entah kenapa aku selalu merasa bisa menjadi diriku seutuhnya dan juga aku merasa tidak ragu untuk berbagi cerita apapun dengannya.

Rasanya aku bisa tenang walau kadang jawabannya bisa sangat tajam, tapi ya aku sadar semua itu karena dia ingin menyampaikan realita yang ada. 

Meski... ya aku tahu dia sudah ada yang memiliki dan perasaan ini rupanya masih mengalir. Aku pernah begitu marah saat mengetahui bahwa dia rupanya sudah ada yang memiliki dambaan hati. Aku kecewa, aku marah, dan aku tidak menerima semua itu. Aku merasa seperti hanya dikasihani, namun setelah aku belajar lagi rupanya aku tidak marah atas kehadirannya. Justru aku marah kepada diriku sendiri karena mengapa aku begitu mudah untuk jatuh cinta.

Kini, aku hanya perlu menikmatinya saja. Tak perlu lagi marah kepada diri sendiri juga sih. Bukankah perasaan yang hadir itu merupakan suatu anugrah dari Allah? Dan aku tidak akan merasakan perasaan itu kalau Allah sendiri yang mengizinkannya bukan? Aku tidak merasa takut lagi kalau memang pada akhirnya kamu hanya singgah dalam kehidupanku.

Kehadiranmu dalam hidupku sudah sangat ku syukuri.

Maaf jika kemarin aku sempat marah

Maaf jika kemarin pun aku sempat merasa kecewa

Itu semua bukan karena kehadiranmu kok

Tapi ternyata ya karena aku udah menyimpan harapan duluan sama kamu

Sehat selalu orang baik :)

Terima kasih karena selalu hadir dan mendengarkan ceritaku. 


Cause there's something in the way you look at me

It's as if my heart knows you're the missing piece

You make me believe that there's nothing in this world I can't be

I never know what you see

But there's something in the way you look at me

(The Way You Look at Me - Christian Bautista)


Love

Ihat


Photo by Wallace Silva

Dear Diri Kecil,

Hi, kamu apa kabar? Ini aku dari masa depan, dari sosok dewasamu. Dari kemarin berseliweran terus ya, tentang bapak yang membonceng anak perempuannya. Bahkan sampai viral video seorang ayah di Jember menjual anak ODGJ jadi PSK, dengan video sedang dibonceng ayahnya menggunakan sepeda onthel. Kamu menangis, ketrigger gara-gara sepeda onthelnya kan? Kamu lagi kangen bapak ya? 

Aku tahu, bapak baik. Cuma bapak dulu emosian aja. Apalagi kalau udah ditekan sana-sini. Dan ya, aku yang selalu jadi sasaran amukannya. 

Aku inget banget, dulu waktu aku kecil aku juga sering dibonceng bapak naik sepeda onthel. Malam-malam, kemudian mamah hanya bisa mendorong dari belakang sepeda sambil berjalan. Rasanya waktu itu aku ingin turun saja, menemani mamah berjalan. Tapi aku belum faham, aku hanya duduk diam di atas jok belakang sepeda dengan perasaan yang memang aku tidak suka karena mamah harus berjalan cepat sembari memegang jok belakang sepeda dan sepeda tetap dikayuh bapak. 

Setiap berangkat sekolah TK, kalau tidak berjalan kaki sendirian ya diantar bapak naik sepeda. Bahkan kalau bapak mau mengecek barang dagangan keripik ke toko-toko atau minimarket terkadang aku selalu ngeyel ingin ikut. Sampai suatu ketika aku naik ke jok belakang sepeda itu terlalu kencang membuat miss-V aku sakit dan aku duduk sembari menahan rasa sakit itu. Apalagi tiap pipis, sakit banget. Aku gak berani bilang ke mamah atau bapak pada saat itu, karena aku takut dimarahi.

Atau aku harus melihat sendiri bapak yang tiap kali mau berangkat untuk mengecek barang dagangan ke toko atau ke minimarket dengan dus besar diletakkan di jok belakang sepeda kemudian diikat dengan karet panjang berwarna hitam agar tidak jatuh.

Sepeda itu pula yang dulu kadang membuat aku gengsi. Di saat teman-temanku yang lain sudah diantar menggunakan motor.

Tapi sungguh, aku bersyukur aras moment itu. Hanya aku yang merasakan moment itu paling lama dibandingkan adik-adikku yang lain. 

Setiap kali aku dibonceng bapak naik sepeda onthelnya itu, bapak selalu bilang,

"Nyepengan sing kuat." (Pegangan yang kuat).

"Kahade, sampeanna bisi lebet kana ruji." (Hati-hati, kakinya takut masuk jari-jari ban).

Atau kalau misalkan menemukan lubang di jalan, kemudian tanpa sengaja bapak melewatinya lalu aku menjerit, 

"Aw.."

"Nyeri henteu?" (Sakit enggak?)

Aku selalu bersyukur atas moment itu.  Di tengah kesulitan ekonomi, di tengah kendaraan motor yang pada saat itu masih menjadi barang mewah dan bisa dijadikan ajang pamer, Allah melalui bapak mengajarkan aku tentang arti kesederhanaan dan "kemewahan" versi-Nya. 

Dan kini, acap kali melihat bapak-bapak menggunakan sepeda onthel, rasanya aku jadi ingat bapak. Ingin sekali memeluknya pada saat itu juga dan mengatakan,

Terima kasih telah memberiku kenangan indah, yang berbeda dari yang lain.

Terima kasih karena dulu telah memilih hidup dalam kesederhanaan saar kemewahan mulai datang membanjiri dan orang-orang justru malah memaksakan diri.

I'm so proud of being your daughter. 

Kalau ada kesempatan, aku ingin mengulang kembali dibonceng bapak naik sepeda onthel. Mungkin nanti giliran aku yang bonceng bapak :)


Love,

Ihat



Photo by Strange Happenings

Sungguh, sulit bagi aku untuk bisa kembali membuka pintu hati. Sengaja semuanya sudah kubentengi tinggi-tinggi agar tak ada yang bisa menembus benteng pertahananku. Aku sudah muak dikasihani kemudian ditemani hingga akhirnya ditinggalkan karena memang dari awal bukan aku orang yang selama ini mereka cari.

Hingga hari yang tak terduga itu tiba. Seseorang datang, mulai mengganggu konsentrasi dan juga fokusku. Gerak-geriknya yang mencurigakan kerap kali menimbulkan pertanyaan. Meski prasangka-prasangka selalu aku tepis tapi kenyataan justru tidak membantah. Itu benar adanya. 

Percakapan-percakapan mulai tercipta sampai akhirnya ada di satu titik di mana dia memborbardir benteng pertahananku dengan kalimat-kalimat yang memilukan dan aku benci kalimat-kalimat itu. Kalimat-kalimat yang terus-menerus merobohkan benteng pertahananku hingga akhirnya benteng itu roboh, hancur. Dan begitu mudahnya aku membiarkannya masuk ke dalam hati dan fikiranku yang kacau balau berantakan. 

Dia mulai merapikannya dengan perlahan. Tanpa paksaan dan juga penghakiman membuatku hanyut akan perlakuan baiknya. Tatapannya, sikap tubuhnya yang tak pernah berpaling ke arah lain. Telinga dan fokusnya tetap ditujukan padaku begitu kisah menyedihkan itu kembali terucap dari bibirku walau terkadang kelu untuk bisa tercuap dan dia selalu membantu untuk melengkapinya. 

Sikapnya yang terkadang manis atau berlebihan selalu membuatku mengerutkan kening. Maksudnya apa ya? Oh atau jangan-jangan akunya aja yang gr duluan. 

Sampai kebenaran itu terungkap. Dia hanya sekedar ingin membantu tanpa bermaksud membuatku jatuh. Dan aku malah terperosok ke dalam jurang sendirian. 

Aku yang pada awalnya mencoba membuka diri, berharap ini takkan menyakiti justru rasanya semakin membuatku tak percaya lagi pada siapaun nanti yang akan datang. 

Setelah kejadian ini, aku tak ingin membuka diri lagi. Aku tak mau lagi membagikan kisah kelamku pada siapun yang nantinya mencoba untuk menorobos masuk lagi. Karena apa? Pada intinya aku hanya dikasihani saja. Dan aku tak suka dikasihani!

Aku yang belajar kembali membuka pintu hati, rupanya bukan aku yang dicari. 

Miris, kecewa, marah, benci, kesal.

Semua perasaan itu bercampur aduk.  

Tuhan aku benar-benar menyerah kali ini.


Ihat


canva.com

Ada yang berbeda dari momen lebaran tahun ini. Padahal jauh-jauh hari sebelum hari perayaan tiba, fikiranku sudah melayang-layang entah berantah mengenai pertanyaan-pertanyaan yang memojokan. Suasana salat Ied yang biasa saja karena ustadnya tidak pernah berganti setiap tahunnya selalu itu-itu saja, membuatku tidak begitu excited untuk merayakannya. Ditambah kumpul bersama keluarga besar adalah hal yang kurang aku sukai. 

Tetapi semua itu jelas berbeda pada saat hari H pelaksanaan. Pertama, saat aku memilih untuk salah Ied di tempat sebelah, tidak di masjid seperti biasa pada tahun sebelum-sebelumnya dan berhasil membujuk Ibu untuk ikut meski wajah Ibu sudah manyun karena tidak bisa bertemu dengan tetangga dekatnya sesuai salat, akhirnya Ibu setuju untuk ikut salat Ied di tempat yang aku pilih. Begitupun dengan Bapak yang langsung ikut. Pada saat pelaksanaan salat, Imam seperti biasa membacakan surat Al-Fatihah dan surat pilihan lainnya didzaharkan. Dan sungguh bacaannya begitu terdengar indah di telinga. Rasanya ingin berlama-lama salat dengan imam ini. Begitu salat selesai, wah ternyata hampir seluruh jemaat yang hadir membicarakan si imam tersebut. Ditambah wajah imam tersebut masha allah, ganteng. Hahahaa. Ibuku bahkan sampai bilang, "Serasa salat di Mekah." Dan Ibuku justru malah bersyukur ikut aku untuk salat Ied di tempat pilihanku. 

Kedua, pada saat maaf-maafan dengan orang tua. Biasanya tahun-tahun sebelumnya tidak banyak kata yang keluar dari mulut Ibu atau Bapak pada saat aku mengucapkan permintaan maaf. Paling hanya dijawab, "Iya, dimaafkan." Kemudian disusul doa. Dan akupun hanya mencium tangan keduanya saja, tidak sambil berpelukan. Tapi tahun ini, entah kenapa pada saat proses maaf-memaafkan itu aku mencium tangan kedua orang tuaku kemudian memeluknya. Ada perasaan sesak begitu aku memeluk Bapak untuk pertama kalinya.

"Maafin Bapak ya Hat, kalau sampai saat ini Bapak belum bisa bikin kamu bahagia. Maafin Bapak dulu galak, kasar, suka ngebentak. Mudah-mudahan nanti dapet jodonya yang sayang sama Ihat."

Deg!

Ditambah Bapak bilang begitu sambil terisak ya sudahlah air mataku tumpah ruah dipelukan Bapak. Rasanya perkataan itu adalah perkataan yang baru kali ini Bapak sampaikan ke aku. Hatiku merasa tenang mendengarnya, sosok anak kecil dalam diriku menangis terharu. Ucapan itu yang selama ini dinantinya akhirnya tiba juga. Anak kecil itu rupanya sudah lebih dulu memaafkan dan permintaan maaf itu akhirnya tiba untuk dirinya dan dia menangis kegirangan. 

Setelah itu akupun meminta maaf pada Ibu sambil memeluk. Ini rutin aku lakukan dari lebaran tahun lalu. Karena memang, pelukan antar sesama anggota keluarga di keluarga kami masih terasa kaku dan asing. Tangis pun tumpah dipelukan Ibu. Selepas saling memaafkan, Ibupun mendoakan hal yang sama seperti apa yang Bapak doakan. 

Dilanjut dengan saling memaafkan bersama adek-adek tersayang, kami melakukan foto bersama di halaman depan rumah. 

Kemudian kami pergi ke rumah saudara kami yang lain yang tempatnya tidak jauh dan bisa ditempuh dengan jalan kaki. Begitu sampai kami langsung saling maaf-memaafkan. Lucu, sedih, dan terharu perasaan itu berkecamuk begitu Kakak sepupu bilang, "Mudah-mudahn segera dapet jodoh yang baik, sayang sama Ihat." Lalu dilanjut dengan pertanyaan, "Tapi Ihat udah punya pacar?" Aku melepas pelukannya menggelengkan kepala di sela-sela isak tangis dengan bibir manyun. 

Tidak ada pertanyaan yang menyinggung, semua justru berisi doa dan harapan. Dan aku merasa aman pada saat itu. 

Terkadang fikiran kita jauh lebih jahat ya daripada kenyataan sebenarnya. Dari sanalah aku harus belajar lagi untuk menata ulang fikiranku agar bisa menjauh dari fikiran-fikiran negatif. Aku jadi ingat sebuah hadits qudsi yang berbunyi bahwa Allah bersama prasangka hambanya. 

"Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Dan apabila dia berprasangka buruk kepada-Ku maka ia akan mendapatkan keburukan." (HR. Thabrani dan Ibnu Hibban)

Ya Allah, maafkan atas fikiran-fikiran negatifku selama ini. Ternyata kenyataan yang ada tidak semenakutkan yang difikirkan. Terima kasih karena masih diberi kesempatan untuk bisa merayakan lebaran bersama orang-orang yang disayang. 

Sekali lagi, selamat berlebaran semua!


Love,

Ihat


Gambar oleh Stefan Schweihofer dari Pixabay

Tahun ini merupakan tahun ke dua bagi aku untuk bisa kembali merasakan mudik lebaran. Meski jaraknya tidak sejauh harus melintas pulau, tapi aku bersyukur bisa diberi kesempatan untuk merasakan mudik lebaran antar kota. Merasakan berburu tiket diawal-awal bulan Ramadan kemarin, hingga terpaksa harus memilih pulang lebih dahulu dikarenakan tiket kereta untuk tanggal-tanggal tersebut sudah sold out.

Selama di kampung halaman sendiri ini lah, entah mengapa aku lebih excited ketika berburu takjil bersama adikku. Semua jajanan bisa saja dibeli jika aku tak bisa menahana nafsuku. Berbeda sekali ketika di tempat perantauan. Sudahlah memang tinggal sendiri, sensasi untuk berburu takjil biasa saja. Dalam fikiran yang penting cukup untuk berbuka dan sahur. Padahal, sewaktu berangkat aku sudah berniat akan irit ketika tiba di kampung halaman. Nyatanya tidak. 

Meski tidak pergi ke tempat wisata, pergi hanya untuk berburu takjil misalnya itu sudah cukup bagiku. Mengapa? Karena jalanan menuju tempat jualan itu adalah jalanan yang dulu sering aku lewati ketika aku duduk di bangku SD. Melewati jalanan sawah yang kini sudah mulai agak berubah karena sudah mulai banyak bangunan yang dibangun. Setiap kali melewatinya memori indah dahulu kembali mendadak hadir. Kemudian melihat para penjual dagangan itu yang tak lain kebanyakan mereka adalah penjual makanan dahulu ketika aku masih SD. Roda-roda yang digunakan tidak jauh beda warnanya. Hanya saja wajah-wajah mereka sudah mulai terlihat tua seiring waktu berjalan. 

Betul, pulang ke kampung halaman justru membuat aku banyak merenung atas hal-hal yang dahulu pernah aku lewati. Saat melewati sungai, aku teringat bahwa aku pernah terjatuh ke sungai itu sebanyak 3 kali. Saat melewati masjid dekat rumah, aku ingat betapa nakalnya aku dulu saat salat tarawih. Di saat Ibu-ibu yang lain sedang menjalankan salat dengan khusyu, aku dan teman-temanku yang lain malah kabur untuk jajan. Kemudian kembali lagi pada saat salat witir. Membuat beberapa Ibu-ibu komat-kamit mengomel kesal melihat kelakuan kami.

Aku tersenyum acap kali melewati jalanan-jalanan tersebut. Sejenak sebelum mentari terbenam di ufuk barat, aku memeluk diriku sendiri. Berterima kasih atas masa-masa yang pernah aku lalui di sini hingga akhirnya mengantarkan aku ke tempat perantauanku sekarang. Berterima kasih karena tetap berjuang dan tidak menyerah meski keadaaan kerap kali menguji mimpi yang kata orang mustahil untuk diraih. Berterima kasih karena kini rupanya aku bisa memaknai kata berlibur. Bahwa berlibur bukan serta merta kamu bisa pergi ke tempat wisata, tapi bagiku berlibur adalah bagaimana kamu menghargai setiap moment yang kamu miliki sehingga ketika waktunya sudah usai kamu sudah bisa kembali beraktifitas dengan energi baru. 

Selamat berlibur, selamat berkumpul dengan keluarga. 


with love,

Ihat   



Awalnya diajak hanya untuk mendapatkan tiket gratis akses masuk ke Tahura dan waktu itu juga berbarengan dengan keinginan aku yang terbersit dalam hati: I wanna be more productive in this Ramadan.

And buum! Allah gives it to you more than you expect before.

Sesederhana itu, receh emang tapi experiencenya unforgettable!



Dengan iming-iming tiket gratis masuk Tahura pada saat itu, tanpa berfikir panjang aku langsung pergi. Dan ternyata oh ternyata di sana aku malah diajak untuk bergabung menjadi volunteer Pine Landas Bina Tahura di event Ramadan. Lucunya, aku malah mengajukan diri untuk menulis proposal kegiatan itu sendiri. Demi apa, aku juga bengong sama diri ini yang impulsif! :D

Ok, yang belum tahu Pine Landas Bina Tahura itu sendiri, let me share you a little bit about this community. Dilansir dari akun Instagramnya @pinelandasbina_tahura, Pine Landas Bina Tahura adalah pengabdian kepada masyarakat yang dinaungi Tahura Ir. Djuanda yang bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan di wilayah Tahura. Adapun bidang yang diajarkan adalah lingkungan, pendidikan karakter, mata pelajaran, dan kebudaan. 

Setelah hampir kurleb satu bulan mempersiapkan acara ini, dari mulai dag-dig-dug seer soal dana yang masuk sedikit, tetap meluangkan waktu untuk meeting di sela-sela kesibukan kami masing-masing, but Allah made it easy for us. Gak tahu kenapa, tiba-tiba aja banyak donatur yang support, teman-teman volunteers yang super-duper baik meski kita berbeda keyakinan tapi mereka really appreciated and supported us during fasting. 

Dan alhamdulillah acaranya berjalan lancar! Sabtu, 30 Maret 2024 pukul 12.00 WIB-18.00 WIB bertempat di Holland Spot dan lapangan depan Gua Belanda Tahura , acara ini kami beri nama "Berbagi Berkah Ramadan 1445 H" dengan tema "Sharing is Caring." Adapun acaranya diantaranya lomba menggambar untuk anak TK sampai SD kelas 4, lomba menggambar dan mewarnai untuk anak SD kelas 5 & 6, dan lomba menggambar untuk anak SMP kelas 7-9. Jumlah pesertanya itu sendiri yang tadinya hanya dianggarkan sebanyak 120 anak pada realisasinya kami mendapatkan kurang lebih 200 anak yang ikut hadir. Pesertanya sendiri ini berasal dari daerah sekitaran Tahura. Setelah acara inti selesai dilaksanakan, acara pun berlanjut dengan evaluasi dan ifthar gathering yang dilaksanakan di Holland Spot. 



Ada rasa haru dan bahagia yang menyelimuti begitu melihat antusias anak-anak pada saat mengikuti event ini. Mata mereka yang berbinar saat mendapatkan hadiah, menyanyikan yal-yel. Qadarullahnya aku bertemu dengan sepasang anak kembar berkebutuhan khusus sementara ke dua anak ini ditempatkan di kelompok yang berbeda. Sang Ibu kebingungan karena tidak bisa menemani kedua anaknya secara bersamaan, kemudian dengan senang hati aku mencoba membantu si Ibu tersebut. Aku memapah salah satu anak itu, anaknya bernama Danil. Dia bersemangat sekali selama mengikuti kegiatan ini. Sesekali dia melihat ke arahku saat ada perintah intruksi untuk pindah tempat kemudian aku membantunya, setelah itu dia mengucapkan terima kasih berkali-kali sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Entah mengapa, rasanya setelah ikut membantu Danil perasaan senang dan tenang menyusup ke dalam hati. Semoga di lain kesempatan kita bisa bertemu lagi ya.

Satu pelajaran yang bisa aku petik selama event ini berlangsung adalah kamu tidak harus menunggu sempurna untuk bisa membantu orang lain dan percayakan rencana baikmu pada Allah biar Allah yang atur semuanya. 

Semoga di lain kesempatan kita bisa bersama kembali untuk menebar kebaikan kepada sesama! The last, big thanks to all of the people who supported  our event. May Allah bless yourlife!


Cheers,

Ihat

Photo by Mathew Thomas

Ada hal yang ingin kusampaikan, tanpa perlu dihakimi cukup difahami. Tanpa disela cukup sediakan telinga, tanpa kata henti lantas pergi meninggalkan diri yang masih berceloteh sendiri. 

Aku tersenyum saat yang ku pinta ternyata berubah wujud menjadi ada dan nyata. Yang semula hanya ada dalam imajinasi dan ilusi ciptaan khayalan sendiri. Kini aku merasa tak sendiri, ada Tuhan yang menemani melalui perantara ciptaan-Nya.

Darinya aku belajar bahwa segala yang terjadi adalah atas kehendak dan juga izin-Nya. Darinya aku belajar bahwa aku tak perlu berekspektasi terhadap apapun, cukup fokus terhadap apa yang kamu miliki dan hadapi saat ini. Darinya aku belajar untuk mengapresiasi diri. Darinya aku belajar bahwa sesakit apapun kamu hidup akan terus berjalan. 

Dan aku bersyukur di tengah upayaku untuk bisa berdamai dengan masa lalu, diri sendiri, mencintai diri sendiri, Tuhan kirim ciptaan-Nya untuk membimbingku agar bisa keluar dari jalan yang gelap. Kamu yang menuntunku dengan sabar, tak pernah mencela cukup memberiku kekuatan baru untuk menghadapi hidup ini. 

Meski aku tak pernah tau, di persimpangan mana kamu akan melepaskan genggamanmu aku harap aku bisa berjalan sendiri sambil tersenyum seraya melambaikan tangan dengan ucapan terima kasih dan selamat tinggal. Kalaupun kamu ditakdirkan untuk terus menemaniku, aku akan sangat bersyukur atas hal itu. 

Aku tak perlu berharap lebih padamu, yang jelas jika takdir memang sudah menuliskannya sepertinya kita akan selalu berjumpa di tempat yang tak pernah kita diskusikan sebelumnya. Atau obrolan panjang yang membuat kita bisa mengenal satu sama lain. 

Dan entah mengapa hati ini selalu yakin bahwa kamu adalah orangnya. 


Love,

Ihat

Newer Posts Older Posts Home

Thank You!

You are looking for...

  • ▼  2025 (15)
    • ▼  May (2)
      • Refleksi Catatan 14: Gak Harus Tahu Aku Siapa
      • Refleksi Catatan 13: Ketika Aku Memilih Untuk Mera...
    • ►  April (3)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (5)
  • ►  2024 (44)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (10)
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (3)
    • ►  March (2)
    • ►  February (6)
    • ►  January (4)
  • ►  2023 (30)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  May (13)
    • ►  April (5)
    • ►  March (1)
    • ►  February (5)
    • ►  January (1)
  • ►  2022 (30)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  July (1)
    • ►  May (6)
    • ►  April (4)
    • ►  March (4)
    • ►  February (3)
    • ►  January (8)
  • ►  2021 (15)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (4)
    • ►  September (1)
    • ►  July (4)
    • ►  June (1)

Friends

Community

Community

Subscribe Us

1minggu1cerita
BloggerHub Indonesia Logo Komunitas BRT Network

Featured post

Don't Worry. Don't Think Too Much.

Photo by Cup of Couple Dear you, I wanted to take a moment to express that I'm filled with gratitude for you and the incredible influen...

Translate

Copyright © 2016 Hi Solihat. Created by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Templates